Lihat ke Halaman Asli

Amalia Azahra Putri

perfectly imperfect

Kehilangan Sosok Panutan Bangsa: Berpulangnya Buya Syafii Maarif

Diperbarui: 30 Mei 2022   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source by: @AdjieSanPutro on twitter

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif atau yang lebih dikenal sebagai Buya Syafii Maarif tutup usia saat menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Camping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena sakit, Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB.

Sebelum wafat, Buya Syafii Maarif masuk ke rumah sakit itu sejak Sabtu (14/5/2022) karena mengeluh sesak napas akibat penyakit jantung. Bahkan, pada awal Maret lalu, Buya Syafii Maarif juga sempat menjalani perawatan medis di RS PKU Gamping. Saat itu, Buya hampir dua pekan menjalani perawatan sampai kondisinya membaik dan setelah itu diperkenankan untuk pulang.

Buya Syafii Maarif wafat pada usia 86 tahun. Syafii Maarif lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau. Ayahnya adalah kepala suku dan saudagar bernama Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu. Sementara ibunya, Fathiyah wafat ketika Syafii baru berusia 18 bulan.

Kehilangan besar bagi umat Islam dan bangsa Indonesia atas kepergian alm. Buya Ahmad Syafii Maarif Tokoh yang akan dikenang karena menyebarkan nilai-nilai kedamatan. toleransi, dan kesederhanan. 

Buya Syafii Maarif semasa hidupnya dikenal sebagai seorang ulama moderat dan juga terkenal sebagai sejarawan. Ia berasal dari Sumpur Kudus, Sawahlunto, Sumatera Barat. Buya Ahmad Syafii Maarif adalah sosok ulama besar yang ramah dan selalu menjadi panutan bangsa Indonesia. Nasihat dan ceramahnya selalu membuat yang mendengarnya merasa damai dan hangat.

Adapun riwayat pendidikan Buya Syafii Maarif saat beliau masih kecil yakni Syafii Maarif bermula bersekolah di Sekolah Rakyat (SR). Sedangkan untuk belajar agama, dia mengambil dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah sepulang sekolah di SR. Syafii tamat dari SR pada 1947 tanpa ijazah karena saat itu masih terjadi perang revolusi kemerdekaan.

Setelah usai menamatkan pelajaran di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah, Lintau, Syafii yang saat itu berusia 19 tahun pada 1953 merantau ke Yogyakarta. 

Dirinya melanjutkan pendidikan ke Madrasah Muallimin Yogyakarta sampai tahun 1956. Di Muallimin, dia aktif dalam organiasi kepanduan Hizbul Wathan dan pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Sinar.

Sebelum menjadi cendikiawan muslim, pria kelahiran Minangkabau itu mengawali kariernya dengan menjadi guru di sekolah Muhammadiyah di pulau Lombok, tepatnya di sebuah kampung yang bernama Pohgading pada tahun 1957 silam. 

Buya Syafii Maarif lalu melanjutkan pendidikan di Universitas Cokroaminoto, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP UNY, Universitas Ohio Amerika Serikat hingga Universitas Chicago, Amerika Serikat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline