Lihat ke Halaman Asli

Keadaan Pengungsian Korban Letusan Gunung Merapi Saat Pandemi Covid-19

Diperbarui: 24 November 2020   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Tercatat sejak tahun 1548 Gunung Merapi sudah mengalami 68 kali letusan, dan sejauh ini letusan terakhir terjadi pada 21 Juni 2020.

Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi sejak statusnya dinaikkan menjadi siaga atau level tiga pada 5 November. Aktivitas kegempaan yang tinggi itu menimbulkan guguran tebing lava lama. Menurut Kepala BPPTKG-PVMBG-Badan Geologi Hanik Humaida, guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava 1954 yang berada di dinding kawah utara. Material guguran tersebut jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Merapi. Guguran merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi.

Pada 21 Juni 2020, pukul 09.13 WIB, gunung Merapi kembali meletus dengan tinggi kolom erupsi 6000 meter dari atas kawah puncak gunung. Erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 328 detik. Saat erupsi pertama terjadi, BPPTKG memonitor arah angin menuju barat.

Berdasarkan hasil pantauan selama periode pengamatan yang dilakukan pada Minggu (22/11/2020) hingga pukul 24.00 WIB, telah terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa hembusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal dan 1 gempa tektonik jauh. Dengan melihat perkembangan aktivitas Gunung Merapi dari hasil pengamatan visual dan perekaman seismogram, BPPTKG memberikan imbauan kepada masyarakat agar tetap tenang, tidak panik, mematuhi rekomendasi dari BPPTKG dan arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta instansi pemerintah daerah setempat.

Dasyatnya letusan Gunung Merapi ini menimbulkan banyak korban yang harus segera di evakuasi, mengingat letak pemukiman warga di lereng Gunung Merapi setinggi 1700 KM atau hanya berjarak 4 KM dari puncak. Proses evakuasi sejak penetapan status siaga masih difokuskan untuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Jumlah pengungsi warga tiga desa yang masuk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III erupsi Gunung Merapi, Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hingga Jumat, terus bertambah sehingga menjadi 630 orang.

Sebab pandemi yang masih berlangsung, warga yang menempati pengungsian akan tetap bisa menjalankan protokol Covid-19. Selain sarana cuci tangan, Sekat-sekat telah dipasang di tenda pengungsian agar setiap orang dapat menjaga jarak aman. Walaupun satu orang satu sekat mengakibatkan ketidaknyamanan pengungsi, hal ini tetap dilaksanakan demi melaksanakan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline