Lihat ke Halaman Asli

Jebakan Kartu Kredit, Budaya Baru Masyarakat untuk Ngutang

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jebakan Kartu Kredit, Budaya Baru Masyarakat untuk Ngutang

Tuntutan gaya hidup di jaman yang serba modern tidak dapat dipungkiri menjadikan seseorang selalu berkembang sesuai majunya jaman. Ketersediaan segala jenis kebutuhan hidup di kota menyebabkan budaya konsumtif semakin tak terhindari. Sesuai dengan teori ekonomi, semakin besar pendapatan seseorang maka semakin besar pula pengeluarannya. Kebutuhan manusia itu tak terbatas, dan selalu merasa tidak puas. Bahkan tak jarang orang-orang yang memiliki pendapatan pas-pasan rela merogoh kocek lebih dalam demi mendapatkan barang yang diincarnya. Apalagi bagi para penikmat trend terbaru, tentunya mereka gengsi dan tidak mau disebut ketinggalan jaman karena tidak memiliki barang-barang yang bersifat up tp date. Rasa puas akan didapat jika telah memiliki barang-barang yang sifatnya prestisius menjadi suatu kebanggan tersendiri. Banyak jasa peminjaman uang yang menawarkan bala bantuannya, misalnya dengan menawarkan kartu kredit. Belanja dengan kartu kredit memang praktis, kita tidak perlu membawa uang cash dalam jumlah yang banyak. Apalagi di sejumlah gerai toko menawarkan diskon yang menarik mata konsumen dan pemilik kartu kredit untuk menggesekkan kartunya sebagai alat pembayaran barang yang dibutuhkan. Kepemilikan kartu kredit bagi warga yang tinggal kota modern seolah menjadi gaya tersendiri.

Bak serigala berbulu domba, dari segi kepraktisan yang dihadirkan ternyata membuai pemegang kartu kredit untuk terus berbelanja hingga tidak jarang sampai melebihi limit yang ada. Banyak dari mereka yang tidak sadar jika tagihan dari pemakaian kartu kredit diakhir bulan mencekik saldo keuangan yang ada. Akhirnya mereka yang tidak mempunyai cukup simpanan uang menjadi kelimpungan dengan daftar tagihan yang telah mereka belanjakan. Pembayarannya pun kerap kali hingga jatuh tempo. Debt collector dari penyedia jasa pun siap datang, mencari, dan menagih. Usaha pemegang pemegang kartu kredit untuk berkelit pun tak jarang malah menimbulkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah debt collector. Dari realita yang ada sekarang banyak seperti contoh kasus diatas yang telah terjadi. Maka timbul pertanyaan, apakah pemakaian kartu kredit ini sama saja halnya dengan membudayakan masyarakat untuk ngutang? Atau justru membuka potret kehidupan masyarakat Indonesia yang sebenarnya suka ngutang?Jika sudah seperti ini, sudah selayaknya masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uang sesuai dengan ketebalan kantong yang dimiliki. Pembaruan trend terkini juga tak selalu sesuai dengan diri dan lingkungan sekitar kita. Bergaya tak harus selalu sesuai dengan trend terbaru. Sebaiknya masyarakat lebih bijak dalam menentukan pilihan untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan dan pintar-pintar melihat situasi dan kondisi yang ada.

Oleh:

Dian Amelia N.S




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline