Grup Hyundai Motor siap menghadapi persaingan di pasar ASEAN. Mereka merencanakan untuk memproduksi sel baterai dan mobil listrik di Indonesia, serta menargetkan pasar domestik dan regional Asia Tenggara.
Ini merupakan langkah awal Hyundai Motor Group dalam membangun pabrik sel baterai dan mobil listrik di Asia Tenggara.
Hyundai Motor, bekerja sama dengan LG Energy Solution, telah menyelesaikan pembangunan pabrik PT. HLI Green Power di Kawasan Industri Baru Karawang (KNIC).
Pabrik HLI Green Power seluas 320.000 meter persegi ini memiliki kapasitas produksi sel baterai untuk 150.000 unit per tahun. Mobil listrik KONA yang menggunakan sel baterai dari pabrik ini akan segera diluncurkan di Indonesia.
Baterai adalah komponen termahal pada mobil listrik, menyumbang 50% dari total biaya produksi. Selama ini, Hyundai Motor mengimpor sel baterai dari China untuk mobil listrik yang diproduksi di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam pembuatan sel baterai. Dengan memperoleh nikel berkualitas baik dengan harga murah, biaya produksi bisa ditekan sehingga mobil listrik menjadi lebih kompetitif.
Pasar otomotif Indonesia saat ini didominasi oleh mobil Jepang. Namun, mobil Jepang hanya unggul dalam penjualan mobil bermesin pembakaran internal.
Pemerintah Indonesia menargetkan netralitas karbon pada tahun 2060 dan berencana memproduksi 600.000 mobil listrik pada tahun 2030.
Pada tahun 2023, penjualan mobil listrik di Indonesia sekitar 18.000 unit, hanya 2% dari total penjualan mobil. Permintaan ini masih terbilang kecil, namun, pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai pangsa pasar dua digit.
Di Indonesia, pembelian mobil listrik mendapat pengecualian dari kebijakan lalu lintas ganjil-genap dan pembebasan atau pengurangan pajak pendaftaran di kota-kota besar seperti Jakarta yang mencapai 12-15%.
Hyundai Motor telah membangun sistem produksi lengkap dari sel baterai hingga mobil listrik di Indonesia untuk menggebrak pasar mobil listrik Indonesia. Selanjutnya, mereka berencana menggunakan Indonesia sebagai basis produksi untuk menargetkan pasar mobil listrik di negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.