Lihat ke Halaman Asli

Kesetaraan Gender, Ternyata Masih Sebatas Angan

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Iseng-iseng mencermati Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka (TDA) 2010 terbitan BPS, ternyata lumayan megusik rasa statistik saya. Jadi ingin mencoba “membaca” data dengan lebih arif.

Data yang disusun terpilah berdasarkan jenis kelamin, membuat saya menjadi ingin tahu tentang pencapaian kesetaraan gender di Kabupaten Tasikmalaya ini.

Wacana tentang kesetaraan gender tentu menjadi wacana di semua daerah di negeri ini. Kesetaraan yang dimaksud adalah kondisi dan posisi yang menggambarkan kemitraan yang selaras, serasi dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/kesempatan dalam mengakses, partisipasi, control dan manfaat dalam pelaksanaan pembangunan serta menikmati hasil pembangunan dalam kehidupan keluarga, maupun dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kembali ke masalah data TDA tahun 2010, Kabupaten Tasikmalaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.727.320 jiwa. Jumlah penduduk perempuan ternyata lebih banyak di banding dengan penduduk laki-laki, yaitu 869.372 jiwa perempuan dan sisanya 857.948 penduduk laki-laki. Untuk beberapa tingkatan umur, terutama pada kategori umur produktif, penduduk perempuan selalu lebih banyak dibanding laki-laki.

Akan tetapi pada data pendidikan, jumlah murid laki-laki baik untuk tingkatan SD, SMP maupun SMU/SMK, ternyata jumlah pelajar perempuan masih jauh di bawah jumlah pelajar laki-laki. Jumlah murid laki-laki untuk keseluruhan tingkatan tersebut ada sebanyak 136.590 orang, sementara murid perempuan hanya sebanyak 128.424 orang.

Yang lebih membuat miris, penyandang buta aksara di Kabupaten Tasikmalaya trnyata didominasi oleh kaum perempuan, yaitu sebanyak 15.352 orang, lebih dari dua kali lipat laki-laki, yaitu sebanyak 15.352 orang.

Data di atas menunjukkan bahwa kesempatan penduduk perempuan untuk memperoleh pengajaran, ternyata masih rendah. Bisa jadi ini disebabkan pola pikir masyarakat yang lebih mengedepankan kesempatan bagi laki-laki.

Sementara itu di bidang Pemerintahan, PNS perempuan ternyata tak mau kalah dengan PNS laki-laki di bidang pendidikan. Bahkan untuk tingkatan Strata 1, PNS perempuan mengungguli PNS laki-laki, yaitu sebanyak 3.033 orang PNS perempuan yang menyelesaikan pendidikan S1, jauh lebih banyak dibanding laki-laki yang hanya 2.770 orang. Sementara PNS yang menyelesaikan tingkat pendidikan Strata 2, proporsinya hampir seimbang. PNS laki-laki dengan pendidikan S2 ada sebanyak 177 orang, sementara perempuan 154 orang.

Meski memiliki tingkat pendidikan yang hampir sama, ternyata Pegawai Negeri Sipil perempuan yang menduduki jabatan struktural hanya sebanyak 166 orang dari 1.032 orang pejabat struktural atau sekitar 16,08 % saja. Untuk tingkatan Eselon IV, PNS perempuan yang menduduki jabatan ini ada sebanyak 17,98 %. Sementara Eselon III hanya diduduki oleh 9,29 % PNS perempuan. Bahkan untuk pejabat eselon II, hanya ada seorang pejabat eselon II yang berjenis kelamin perempuan, dapat dibandingkan dengan 25 orang pejabat eselon II berjenis kelamin laki-laki.

Sementara di legislatif, anggota DPRD perempuan hanya sebanyak 7 orang saja dari 50 orang anggota DPRD, atau hanya 14 % saja.

Dari data di atas, ternyata kaum permpuan belum memperoleh kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan kesempatan yang dimiliki oleh laki-laki. Maka tak berlebihan jika saya katakan Kesetaraan Gender Masih Sebatas Angan.

Namun demikian, saya percaya dengan segala potensi dan prestasi yang diperlihatkan oleh kaum perempuan, maka ke depannya pintu kesempatan itu akan dibuka semakin lebar lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline