Kemoterapi terkenal dengan efeknya yang juga membunuh sel-sel sehat. Tak heran jika banyak orang yang sangat ketakutan dengan efek yang ditimbulkannya. Orang terdekat yang sangat anti kemoterapi adalah kakak saya satu-satunya. Vonis penyakit kanker ovarium stadium lanjut pun tidak menjadikan beliau bisa menerima salah satu cara pengobatan kanker ini. Alasan utama kakak saya waktu itu adalah kebotakan dan dia mengatakan bahwa, "Sel yang bagus juga ikut mati de, " Ujarnya sambil berapi-api. Saya maklum dengan pendapatnya, karena dia adalah dokter spesialis kulit yang juga memperhatikan penampilan. Sampai akhirnya memutuskan untuk menyetujui dilakukannyakemoterapi. Namun demikian, pada saat obat kemotrapi masuk ke tubuh kakak saya sebanyak 10 ml, tiba-tiba jantungnya berhenti berdetak. Dia tidak sadarkan diri, tak lama kemudian badan kakak saya membiru. Semua yang ada di ruangan perawatan pada saat itu panik dan beberapa sedikit histeris. Para dokter dan perawat sibuk untuk memberikan pertologan dengan bantuan merangsang pernapasan dan dibantu oleh peralatan medis. Syukur alhamdulillah, atas kekuasaan Allah, saat itu jiwa kakak saya selamat. Sejak kejadian itu tidak pernah semili pun obat kemoterapi masuk ke badannya. .. Sampai akhirnya dia menghembuskan napas yang terakhir tiga bulan setelah kejadian itu.
Kemoterapi tidak pernah menakutkan saya. Prinsip saya pada waktu itu adalah saya harus menjalani pengobatan kanker. Suami yang menyarankan agar saya melalui perawatan medis dengan sabar. Sejujurnya saya masih penasaran dengan kejadian yang menimpa kakak saya. Kenapa tubuhnya tidak mentolerir obat kemo? Ternyata untuk menemukan jawaban pertanyaan ini, saya harus menjalani sendiri kemoterapi. Seperti saya telah jelaskan pada bagian pertama. Pada saat sebelum dilakukan pengobatan kemoterapi, jantung pasien harus terlebih dahulu diperiksa. Waktu itu dokter menjeaskan bahwa jika fungsi jantung kurang dari (60% mohon koreksi jika ada yang tahu), maka seseorang tidak bisa menjalani pengobatan kemoterapi.
Pada kemoterapi yang kedua, selang tiga minggu setelah kemoterapi pertama, rambut saya semua rontok. Waktu itu ketika saya bercermin, rasanya saya tidak percaya dengan apa yang tampak. Tapi saya berusaha menghibur diri sendiri. Karena saya senang berdandan , saya membeli kosmetik berwarna warni, juga topi penutup kepala yang unik. Walaupun saya berkerudung ke luar, rasanya tidak mungkin jika saya harus membuka kepala botak saya di rumah. Kasihan anak-anak, jadi saya memutuskan untuk selalu bertopi di rumah, tentu saja dengan olesan make up...he he.
Menurut dokter saat menjalani kemoterapi kita akan rentan terhadap infeksi. Jadi dokter selalu memonitor kondisi saya, bahkan ketika ada bisul kecil di dada, di sekitar lokasi kemoport. Pada saat itu dokter memundurkan pelaksanaan kemoterapi karena infeksi harus disembuhkan terlebih dahulu.
Alhamdulillah secara fisik saya masih bisa mengikuti sesi kemoterapi tanpa keluhan yang berarti. efek kemoterapi biasanya dirasakan beberapa jam setelah obat kemo masuk. Agak pusing sedikit, namun nanti sembuh. Kalau saya solusinya makan banyak, dan banyak sayur dan buah. Dua hari sesudahnya biasanya lebih lemah. Namun setelah diinjeksi untuk menambah sel darah putih, saya merasa bugar kembali, alhamdulillah.
Setelah kemo yang ketiga, saya harus pulan ke Bandung untuk menghadiri resepsi. Waktu itu dokter melaang saya, dengan pertimbangan saya rentan infeksi. Namun akhirnya diijinkan juga, dengan syarat kalau saya ada demam harus segera ke dokter dan dokter yang menangani saya harus bisa dihubungi. Alhamdulillah perjalanan saya ke Bandung selama 4 hari lancar. Saya pun merasa bugar.
Kemo selanjutnya, kondisi badan saya semakin membaik. efek yang ditimbulkan berkurang dibandingkan kemo sebelumnya. Alis dan sebagian bulu mata saya juga rontok akhirnya... Tetapi saya menyiasati dengan memberi pensil alis. Jadilah saya bereksperimen dengan pensil alis. Selama kurang lebih dua bulan, saya ada ketergantungan terhadap pensil alis. Memang saya merasa ketika memandang muka di kaca, seperi bukan saya sendiri. Untuk menghibur diri, saya mencoba mengaplikasikan beberapa model pensil alis, sampai akhirnya saya menemukan yang pas. Tak terasa sesi kemoterapi sudah sampai pada penghujung waktu. Alhamdulillah sudah selesai dan kadar tumor marker (Ca 153 )di darah juga semakin berkurang, dan jauh di bawah normal.
Radioterapi adalah pengobatan lanjutan, yang memang harus saya tempuh setelah selesai dilakukannya kemoterapi. Walaupun efek yang ditimbulkan lebih ringan.Namun saya merasa beban mental lebih besar.Kenapa? Karena saya harus membukan bagian tubuh yang sangat pribadi. Saya melakukannya setiap hari berturut-turut hingga 22 hari. Efek yang ditimbulkan setelah radioterapi adalah kelelahan yang amat sangat. Sebagian sesi radioterapi dilakukan pada bulan ramadhan.Pada awalnya saya berpuasa, meskipun menjalani radioterapi. Namun kemudian dokter mengetahui, dan menyarankan agar saya tidak berpuasa selama sesi radioterapi berlangsug. Alasannya, radioterapi menyerap banyak energi tubuh saya. Dikuatirkan kondisi badan saya akan melemah. Atas saran suami saya pun berhenti berpuasa, sampai akhirnya sesi radioterapi bisa saya lalui dengan lancar. Alhamdulillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H