Lihat ke Halaman Asli

Pengobatan Kanker di Kuala Lumpur (1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah 14 bulan saya menjalani pengobatan kanker di Kuala Lumpur. Alhamdulillah, saya bersyukur karena Tuhan saya, telah memberikan jalan yang terbaik bagi pengobatan saya. Dokter-perawat dan manajemen rumah sakit relatif mendukung dan memberikan saya support untuk peningkatan kualitas hidup saya. Saya ingat pertama kali saya terdeteksi kanker hanyalah suatu 'kebetulan'. Ada semacam feeling untuk melakukan check-up payudara karena pada tahun 2006 pernah melakukan operasi akibat infeksi (mastitis). Waktu itu saya memilih Prince Court Hospital dengan pertimbangan peralatan yang lengkap dan lokasi yang relatif dekat dari tempat tinggal. saya mendaftar untuk berkonsultasi dengan seorang ahli bedah payudara (Dr Harjit Kaur) yang merupakan seorang pakar bedah payudara yang cukup senior. Dalam pemeriksaan ultrasound yang dilakukannya, tidak ada temuan benjolan ataupun sesuatu yang mengindikasikan adanya kanker. Pada saat itu yang terlihat adalah adanya penumpukan kalsium (atau dikenal istilah) kalsifikasi di beberapa area payudara. Untuk meyakinkan diagnosa, saya dirujuk untuk melakukan pemeriksaan mammogram. Dokter mengarahkan untuk mengikuti saran pakar radilologi yang memeriksa. Jika dokter radiologi menemukan adanya kemungkinan kanker maka hari itu juga saya harus melakukan biopsi.

Mammogram berjalan dengan lancar dan saya harus menunggu sebentar untuk mengetahui keputusan dokter radiologi. Dari hasil mammogram, dokter menyarankan biopsi, dan hari itu juga saya menjalani biosi. Dokter radiologi memasukkan jarum ke jaringan payudara dan mengambil jaringan-jaringan yang mencurigakan. Proses ini memakan waktu sekitar 30-40 menit. Dua hari kemudian saya menemui dokter bedah payudara, dan hari itulah saya mendapatkan kabar bahwa saya terkena kanker payudara. Dokter menyarankan untuk segera operasi. Beliau juga menjelaskan kemungkinan-kemungkinan operasi yang dilakukan, yaitu hanya membuang jaringan yang terkena kanker, melakukan rekonstuksi payudara atau membuang semuanya (masektomi), ini hanya diputuskan ketika operasi berlangsung. Pada saat itu saya tidak mempertimbangkan untuk mencari second opinion seperti saran beberapa teman dan kerabat karena secara medis memang sudah 'sah' bahwa penyakit itu bersarang di badan saya. Tentu saya saya 'shock' mendengarnya, saya menangis sejadi-jadinya di depan dokter. Dengan sabar dan penuh pengertian dokter menunggu saya untuk menghentikan tangis saya. Setelah reda dia berusaha menjelaskan bahwa sekarang pengobatan sudah canggih dan pada umumnya pengobatan kanker payudara tidak memerlukan kemoterapi, cukup dengan radioterapi saja, yang memiliki efek yang lebih ringan. Saya cukup terhibur dengan penjelasan dokter yang panjang lebar menjelaskan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan saya hadapi pada pengobatan nanti. Saya dan suami menyetujui untuk segera dioperasi supaya penyakit ini segera bisa diobati.

Namun demikian karena asuransi kami tidak langsung dicover oleh perusahaan jika dilakukan di rumah sakit Prince Court , maka kami meminta dokter untuk melakukan operasi di Glenneagles Hospital karena alasan asuransi tersebut. Alhamdulillah Tuhan telah merancang ini semua, rupanya dokter bedah payudara juga bekerja untuk Rumah Sakit Glenneagles. Dokter sangat memperhatikan aspek pembiayaan pasien dan sangat memahami permasalahan ini termasuk urusan asuransi yang bagi saya kadang-kadang cukup membingungkan. Data-data saya langsung dikirimkan ke Glennegles melalui jasa dokter Harjit. Saya yang waktu itu tidak pernah sama sekali berobat ke Glenneagles, tidak perlu untuk mendaftar tetek bengek administrasi, dokter dan perawat rumah sakit Prince Court yang mengurus semua urusan administrasi termasuk urusan data serta pilihan kamar perawatan (tentunya sesuai jatah asuransi). Waktu itu saya tidak perlu datang untuk mengecek apa pun di Glenneagles, saya hanya perlu datang ke sana sehari sebelum operasi dilakukan.

Sehari sebelum operasi saya sudah masuk ruangan perawatan. Namun rupanya sebelum operasi dimulai saya harus melakukan satu jenis biopsi (sentinel node biopsy) untuk memastikan penyebaran kanker di kelenjar getah bening (Lymph node). Biopsi ini dilakukan dengan menyuntikkan isotop radioaktif ke payudara, dan selanjutnya akan dideteksi melalui alat scan yang ada. Rupanya Glenneagles tidak memiliki peralatan ini, namun Prince Court bisa menyediakan peralatan ini.Lagi-lagi saya terkesan dengan pelayanan Rumah Sakit yang dengan sigap membawa saya ke Prince Court dengan ambulan. Di sana saya harus menjalani beberapa tahapan, antara lain penyuntikan isotop. Kemudian dilanjutkan dengan scanning melalui peralatan yang ada. Peralatan scanning ini mungkin mirip dengan peralatan CT Scan. Saya menjalaninya cukup lama, lebih dari 40 menit  mengingat hasil scanning menunjukkan kekaburan akibat parut bekas operasi yang membingungkan diagnosa. Ini menyebabkan waktu scanning sedikit lebih lama dari yang diperkirakan padahal saya harus dioperasi pukul 12 siang, sementara jam 11 masih belum selesai. Tepat jam 11.30 saya dibawa ambulan kembali ke Glenneagles, dan sesampai di sana sekilat 11.45, saya harus mempersiapkan diri untuk menjalani operasi. Saya tadinya berpikir operasi tidak jadi dilakukaj karena hasil biopsi yang kabur, tetapi dokter memutuskan untuk memastikan penyakit saya melalui operasi. Saya diarahkan untuk memakai baju rumah sakit dan menerima penjelasan mengenai obat bius yang digunakan, termasuk efek samping dan kemungkinan yang terjadi pada saat saya siuman setelah operasi.

Alhamdulillah operasi berjalan lancar, dan dokter memberi tahu bahwa seperempat bagian breast sudah diangkat dan sudah bersih dari kanker. Saya diminta tenang dan bersiap-siap untuk melakukan CT scan untuk memastikan organ lain tidak terkena. Selang sehari setelah operasi saya melakukan CT Scan yang memang cukup menguji nyali saya. Sebetulnya CT Scan yang pertama ini saya tidak merasakan sakit apa-apa, hanya saja saya merasa kecil dengan peralatan yang heboh. Disamping itu saya merasa benar-benar menjadi kelinci percobaan, terutama ketika cairan diinjeksi melalui anus, dalam hati saya berdoa supaya anak-anak dan cucu-cucu tidak mengalami seperti ini. Namun demikian berkat para perawat yang ramah saya bisa melalui semuanya dengan lancar dan saya segera dikembalikan ke ruangan perawatan. Keesokan pagi dokter sudah datang ke ruangan dan memberikan kabar gembira bahwa organ-organ lain tidak ada yang terkena. Namun dokter menyarankan saya untuk melakukan scan tulang karena ahli radiologi mencurigi adanya penyebaran kanker ke tulang. Lagi-lagi dokter membuat saya terhibur bahwa, saya harus bersyukur karena organ penting seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal tidak ada yang terkena kanker. Lebih lanjut dokter mengatakan bahwa kemungkinan pengobatan hanya dengan radiasi saja.

Setelah perawatan selama 4 hari saya diperbolehkan pulang. Seminggu kemudian saya harus bertemu dengan dokter bedah untuk memastikan pengobatan lanjutan. Berdasarkan hasil laboratorium yang menganalisis jaringan maka dokter merujuk saya untuk menemui dokter onkologi. Waktu itu dokter menginformasikan bahwa pengobatan yang harus saya jalani adalah kemoterapi dan radioterapi. Bagaikan petir di siang bolong, saya tidak bisa menahan tangis. Terbayang efek kemoterapi yang akan saya alami nanti. Rambut rontok yang menyebabkan kebotakan, dan efek negatif lain. Saya kembali menangis di depan dokter. Waktu itu lagi-lagi dokter melayani saya dengan sabar, diam sejenak.mendengarkan saaya menangis. Kemudian membujuk saya, bahwa pbat kemoterapi sekarang lebih bertoleransi dengan tubuh, sehingga efeknya bisa lebih diminimalisir. Saya pun cukup terhibur dengan penjelasan dokter yang simpatik.

Saya dirujuk kepada dokter onkologi Rachael Kong, dokter yang energik. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline