Bersyukur, itu kata yang paling tepat tentunya setelah mengalami rentetan peristiwa yang pada awalnya membuat saya shock. Namun seiring berjalannya waktu saya merasa bahwa saya harus berterima kasih kepada Allah, Tuhan saya. Kenapa ? Jika saya tidak diberi penyakit ini mungkin saya akan tidak menghargai waktu. Saya mungkin tidak akan memikirkan mati. Saya mungkin tidak akan berusaha untuk mengisi hari-hari dengan lebih baik untuk mengisi sisa umur saya....
Watak saya yang keras, mulai melemah ketika saya menyadari bahwa manusia tidak bisa berbat apa-apa tanpa seizin Nya. Iya itulah yang saya yakini. Saya begitu kecil, tidak bisa melakukan banyak hal, bahkan bagi untuk 'menyelamatkan' saya sendiri, Saya ingat betul ketika saya beberapa kali didorong ke meja operasi. Menjalani sesi CT scan, yang membuat diri ini semakin lemah. Membaca hasil-hasil analisis pakar lab Patologi Anatomi terkait darah maupun jaringan, juga membaca hasil analisis pakar radiologi, serta mendengar penjelasan dokter. Semua itu menciutkan nyali saya
Tapi seiring berjalannya waktu semua menjadi ringan. Buku-buku para survivor menjadi penyemangat saya. Professor Jane Plant adalah seorang geologist, yang menrupakan survivor kanker payudara stadium lanjut. Bukunya yang berjudul 'Your Live In Your Hands' merupakan buku yang menjadi international bestseller. Dalam buku itu kita bisa membaca mengenai perjalanan dan perjuangan beliau dalam menghadapi penyakit itu. Karena beliau adalah seorang yang ilmiah, buku ini secara lengkap menguraikan tahapan pengobatan termasuk analisisnya mengenai sel kanker tersebut. Tentunya selain dari pengalaman pribadi, beliau juga merujuk kepada pakar-pakar pengobatan dan juga pengamatan beliau selama menjelajah bumi sebagai ahli geologi. Faktor Makanan, tulah yang beliau temukan, yang menjadi faktor utama mempengaruhi pertumbuhan sel kanker. Dalam kajiannya dia menjelaskan bahwa gaya hidup barat yang menkonsumsi makanan serba instan dan juga mengkonsumsi lebih banyak susu dan produk olahannya mempengaruhi tingginya kasus kanker. Sementara itu di negara-negara di mana masyarakatnya banyak mengkonsumsi sayuran/buah dan bahan-bahan alami ditemukan lebih sedikit kasus kanker. Subhanallah, saya termenung membaca penjelasan beliau. Betapa ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad yang telah mengajarkan bahwa penyakit itu berasal dari perut. Maknanya penyakit itu berasal dari yang kita makan.
Prof Plan tidak hanya mengarang buku tentang perjalanannya mengatasi penyakit kanker. Tetapi juga mengarang buku yang isinya resep-resep olahan masakan bagi para pasien yang masih menghadapi penyakit kanker dan juga para pasein yang menjalani diet dalam rangka pencegahan penyakit kanker. Buku ini berjudul Plant Programme.
Ada buku lain yang menarik untuk dibaca baik bagi para pasien ataupun masyarakat umum. Greg Anderson adalah pengarang buku yang berjudul "Cancer 50 Essential Things To Do". Beliau adalah pasien kanker paru-paru yang pada tahun 1984 divonis hanya memiliki harapan hidup selama 30 hari saja. Aspek yang menarik dari penjelasan beliau adalah spiritual/kepercayaan kepada Tuhan adalah menjadi landasan kepada penyembuhan penyakitnya. Dalam bukunya, beliau menggambarkan dalam suatu model piramida, bahwa kesembuhan pasien kanker bergantung pada siritualisme (yang berada pada piramida paling bawah), dilanjutkan dengan perilaku dan dukungan dari masyarakat sekitar, kemudian tingkatan di atasnya adalah olahraga serta nutrisi, dan paling puncak adalah pengobatan. Maknanya menurut pengalaman beliau, aspek pengobatan memiliki kontribusi terkecil terhadap penyembuhan penyakit. Seperti halnya Prof Plant, Anderson jug menekankan pada pentingnya penjagaan asupan makanan. Dalam bukunya dia merinci sumber-sumber makanan yang bisa mendukung upaya penyembuhan kanker. Selain itu beliau juga merinci makanan/bahan makanan yang harus dihindari dalam rangka upaya penyembuhan.
Pengalaman kedua survivor itu cukup kuat dan selalunya saya jadikan rujukan ketika saya mengalami penurunan semangat dalam melawan penyakit ini. Anderson yang menekankan spiritualisme, menjadikan saya mencoba lebih mendekatkan diri kepada Allah Tuhan saya. Dengan lebih sering membaca firmanNYA dalam Alquran. Alhamdulillah dengan lebih sering membaca Al Quran saya menjadi jauh lebih optimis. Selain itu saya menjadi berusaha semakin mengendalikan emosi serta berusaha untuk menjadi orang yang lebih bermanfaat.
Rezeki-Umur-Jodoh, adalah ketentuan Allah. Kita tidak dapat menawar-nawar kapan Dia memanggil kita. Karena kematian itu adalah keniscayaan. Aspek yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menyongsong kehidupan setelah kematian. Namun demikian ini bukan berarti bahwa kita hanya berserah terhadap penyakit yang diderita. Seberat apapun penyakit, itu adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan lah yang menciptakan obat penawarnya. Dengan demikian optimisme akan kesembuhan selalu terjaga. Semoga Tuhan memberkahi langkah saya dan semua orang yang sedang berjuang melawan penyakit kanker atau penyakit lainnya. Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H