Lihat ke Halaman Asli

Ganti Tahun 11 Ke 12 "Salah Alamat" dan "Tidak Ada yang Salah dengan Kembang Api dan Terompet"

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pergantian Tahun 2011-2012 "Salah alamat" dan "Tidak ada yang salah dengan kembang api dan terompet" Tahun 2011 telah berlalu dini hari ini dan kalender usang pun digantikan dengan kalender baru bertuliskan tahun 2012.  Mencoba menelusuri jalan-jalan Kota Samarinda satu jam sebelum pergantian tahun dari 2011 ke tahun 2012 dengan dan melihat aktivitas masyarakat dalam menyambut pergantian tahun. Di setiap malam pergantian tahun merupakan hal yang biasa dan telah melekat, malam tahun baru identik dengan terompet dan kembang api serta tidak lupa dengan dua macam menu yang menyertai aktivitas dalam pergantian tahun yakni jagung bakar dan ayam bakar. Aktivitas pergantian tahun pun tidak akan lengkap dengan sajian lagu sehingga seperangkat peralatan elektronik baik berupa TV,VCD,DVD hingga keyboard electone akan di jumpai di berbagai sisi jalan. Begitulah di setiap malam pergantian tahun di abad 20 ini yang semua diliputi hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang disertai bunyi terompet , suara petasan serta kembang api mewarnai langit. Ketertarikan untuk berjalan-jalan melihat-lihat sudut Kota pada malam pergantian tahun adalah kebiasaan yang sering saya lakukan apalagi  untuk tahun ini, ada beberapa hal yang menarik salah satunya fenomena lagu "Salah Alamat". Yang menarik di malam pergantian tahun masehi  ini  adalah begitu seringnya terdengar lagu yang di nyanyikan oleh Ayu Ting Ting "Salah Alamat", hampir semua sisi jalan hingga sudut kota di Samarinda akan mengalami sindrom replay lagu "Salah Alamat". Semoga tahun 2012 tidak menjadikan tahun yang banyak orang mengalami salah alamat atau mungkin juga hal yang baik ketika banyak koruptor tidak mengetahui alamat rumahnya dan berakhir di penjara. Bagi sebagian orang bahwa kegiatan ini sekali tahun dan merupakan hal yang wajar untuk dirayakan. Dalam kehidupan banyak hal yang akan kita jumpai hanya di rayakan sekali dalam satu tahun apalagi yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Tahun baru Hijriah, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Qurban bagi umat Islam, Tahun baru Imlek bagi masyarakat China, Hari Raya Waisak bagi umat Budha dan akhirnya Hari Natal bagi umat Kristen yang juga tahun baru masehi yang memang segelintir orang berpendapat milik umat Kristen. Perayaan pergantian tahun masehi bukan saja milik umat Kristen hampir semua manusia di muka bumi ini ikut mengalami euforia perayaan ini. Malam pergantian tahun   pun telah menjadi milik semua, layaknya sebagai "uliner of evolution". Kegiatan pada malam pergantian tahun merupakan suatu hal  yang jelas dan nampak  hadir di sosial masyarakat, tidak ada yang salah dengan kembang api atau terompet karena bagaimana pun masyarakat Indonesia adalah masyarakat interseksi yakni adanya persilangan atau pertemuan sosial, agama dan budaya dalam masyarakat. Bagi umat Islam kita akan melihat bahwa dalam melihat pergantian tahun masehi tidak semeriah dengan pergantian tahun Hijriyah dan itu sangat wajar karena tergantung bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan dalam perayaan pergantian tahun. Pergantian tahun merupakan hal yang wajar untuk diadakan cara semeriah mungkin begitu pula bagi segelintir masyarakat bahwa pergantian tahun untuk masehi juga dapat diadakan dan tidak terlihat berlebihan,  dan apapun  bentuknya kegiatan dalam menyambut pergantian tahun diharapkan sebagai momen untuk berkumpul dengan kerabat, teman dan secara personal  malam pergantian tahun adalah waktu  untuk mengevaluasi diri. Malam pergantian tahun baru masehi telah menjadi suatu ciri umat manusia di Bumi saat ini, dan tidak mengherankan di lingkungan umat muslim juga  ada yang ikut dalam suasana euforia malam pergantian tahun. Catatan yang penting dalam sejarah umat manusia, bahwa  tak pelak kita harus mengakui bahwa penggunaan kalender masehi begitu penting dan menjadi kalender utama di segala aktivitas masyarakat di Bumi saat ini. Mungkin ketika bertemu seseorang kita hanya tinggal menanyakan tanggal berapakah hari ini? Seseorang itu akan mudah menjawab walaupun jawaban tersebut salah mengenai tanggalnya tetap saja semua berkaitan dengan kalender masehi. Berbanding terbalik ketika kita menanyakan tanggal berapakah hari ini dalam kalender Hijriyah dari sepuluh orang yang kita akan tanyakan dari kalangan masyarakat umum (bukan ulama,ustadz/a) sangat beruntung ada satu orang yang mampu menjawab pertanyaan tersebut. Tidak mengherankan segelintir orang mendadak menjadi paham agama ketika membahas dan memberikan arahan dalil-dalil agama Islam berkenaan dengan kegiatan pergantian tahun baru masehi dan bisa jadi sang penyampai dalil-dalil itu sendiri tidak mengetahui tanggal berapakah hari ini pada kalender Hijriyah.   Dan bisa jadi atau kemungkinan sebagian pembaca yang membaca coretan ini pun tidak mengetahui tanggal berapa hari ini pada kalender Hijriyah. Bercerita tentang kalender yang dipajang di dinding rumah secara edukasi sangat menyulitkan bagi perkembangan generasi muda Islam saat ini untuk mempelajari sistem penanggalan tersebut, dan dampaknya yang paling terlihat begitu banyak masyarakat muslim tidak tahu cara perhitungannya.  Penggunaan kalender masehi bukan menjadi sebuah tantangan untuk dihadapi oleh masyarakat muslim karena itu hanya bagian dari sebuah proses. Salah satu alternatif dan bisa saja di wujudkan adalah  yakni peluang untuk merubah tulisan angka  kalender Hijriyah lebih besar ketimbang tulisan angka kalender masehi, tapi apapun itu masih banyak hal-hal untuk menjadi pilihan agar sosialisasi kalender Hijriyah lebih terus diupayakan. Terlihat terkadang nasehat akan pergantian tahun baru masehi  bisa jadi serupa dengan sikap segelintir orang yang membenci Amerika Serikat namun tidak sedikit pula orang di Indonesia adalah konsumen pengguna produk Amerika Serikat apalagi yang antri di restoran cepat saji ( fast food) ala Amerika. Tidak ada yang salah dengan terompet dan kembang api, namun hal yang tidak wajar adalah ketika kegiatan pergantian tahun dilakukan secara  berlebihan merupakan hal yang tidak baik, dan agama apapun  tidak menyukai hal yang berlebihan dan akhirnya tidak memiliki manfaat bagi dirinya dan orang lain. Seseorang bertanya "bolehkah saya membeli kembang api untuk saya nyalakan di malam tahun baru? Mungkin jawaban bisa “ya” atau “tidak” tergantung sudut pandang kita melihat siapa yang bertanya. Dia Duduk terpaku dan memandang lalu lalang mobil berharap ada yang singgah untuk membeli kembang api karena harapannya semoga kembang apinya cepat habis, kekhawatiran dia terus akan bertambah bila dagangannya tidak cepat laku. Hujan dan hawa dingin dapat merusak barang dagangannya, kembang api tidak akan menyala konsumen pun akan kecewa dan tidak lagi konsumen yang akan membeli kembang api darinya. Begitulah nasib pak Samiaji sang penjual kembang api di sudut jalan Dr.Sutomo Samarinda. Selain bapak  Samiaji di sudut jalan Gatot Subroto nampak bapak tua lusuh memikul barang dagangan terompet yang terbuat dari kertas karton, Pak Sulis tidak menghiraukan lalu lalang mobil yang lewat di hadapannya, dia hanya selalu memandang ke atas , semoga matahari masih bersinar, langit tetap cerah dan awan tidak berkumpul menjadi gelap gulita diatasnya, karena pak Sulis khawatir hujan akan mengguyur sebab seminggu terakhir ini Kota Samarinda selalu diguyur hujan setiap harinya.  Hujan adalah rahmat namun bagi pak Sulis tidak berharap hujan turun saat ini. Hujan akan membuat barang dagangannya rusak karena terompet yang dia jual semua berbahan dasar kertas yang mudah rusak karena air hujan. Pak Samiaji dan pak Sulis adalah pedagang dan bukan pengrajin, ketika melihat sudut pandang mereka yang mewakili lapisan penjual, mungkin sudut pandang kita akan terlihat lain lagi ketika peranan produsen; pembuat terompet dan kembang api sebagai mata pencaharian utama. Tahun baru masehi akan meriah dengan kehadiran kembang api dan terompet dan saat itu tahun baru  merupakan salah satu  momen bagi pengrajin serta penjual seperti pak Samiaji dan pak Sulis mendapatkan pendapatan yang lebih.  Sepercik harapan buat mereka di saat itu dan mereka akan menunggu momen lain yang waktunya masih jauh. Bagi mereka bahwa tidak ada yang salah dengan kembang api dan terompet. Kalender; kembang api; terompet merupakan hal yang mendasar untuk disikapi secara bijak, masyarakat kecil apalagi yang senasib seperti Pak Samiaji dan Pak Sulis,  tidak hanya butuh arahan dan nasihat  mereka butuh dukungan. Arahan; nasihat tidak akan berfungsi bila tidak ada tindakan yang mendukungnya.   Pemahaman fakta dan gejala yang berkenaan dengan tahun baru masehi tidak hanya dibutuhkan sekedar teori namun harus di tindak lanjuti dengan bagaimana mengaplikasikan dalam melihat latar belakangnya untuk mencari jalan pemecahannya. Samarinda, 1 Januari 2011, Ambouphex .•°*”˜˜”*°•.¸.•°*”˜˜”*°•. ”˜˜”*°•.¸.•°*”˜˜”*°•.happy YEAR....2012 Silahkan untuk dikoreksi hanya sekedar coretan di awal tahun 2012 Sumber Gambar : fotodedi.wordpress.com radioindramayu.blogspot.com http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?p=1892 djayengsedutan.wordpress.com>




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline