SINGO EDAN atau dalam bahasa walikan khas Malang adalah Ongis Nade adalah julukan bagi kesebelasan Arema. Julukan itu disematkan oleh Aremania, supporter Arema sejak Agustus 1987. Jika Minggu 6 Juni 2010 yang lalu kesebelasan partikelir asal kota Malang ini dinobatkan sebagai pemuncak alias juara Indonesia Super Liga 2009/2010 maka ada banyak fenomena yang patut dicermati. Bukan saja soal pesta perayaan yang demikian 'grande' dan penuh luapan kegembiraan hingga seluruh Malang Raya (kota Malang, kabupaten Malang hingga kota Batu) nampak 'orgasme massal' dalam kegembiraan.
ANTUSIASME DI STADION KANJURUHAN
Dulu, kesebelasan Arema berkandang di stadion Gajayana, di jantung kota Malang. Tapi, karena satu dan lain hal Arema harus 'mengalah' dan pindah ke stadion Kanjuruhan, di pinggir kota Malang. Kepindahan markas laga kesebelasan pujaan Aremania ini tak lantas membuat patah semangat Aremania untuk berduyun-duyun memadati stadion Kanjuruhan. Laga kandang Arema selalu disesaki sekitar (rata-rata) 28 ribu penonton. Jumlah rata-rata penonton tertinggi di liga Indonesia. Dengan rekor penonton yang selalu tinggi, panitia penyelenggara pertandingan Arema mendapat pemasukan yang bagus untuk bisa menghidupi kesebelasan Arema.
MERCHANDISE KEBANGGAAN
Supporter dan merchandise kesebelasan ibarat Yuli dan Romi, layaknya surat dan perangko. Tak terpisahkan. Segala atribut mulai dari kaus, syal, topi, spanduk selalu ikut serta menemani laga pertandingan bola berlangsung. Belum lagi pernik-pernik lain seperti pin, mug, kaus kaki, boneka singo edan hingga sapu tangan yang laris diburu pendatang maupun wisatawan yang kebetulan berkunjung ke Malang Raya. Penjualan merchandise ini tentu menyumbang rupiah yang menjanjikan untuk kesebelasan partikelir seperti Arema.
PELANGI SUPPORTER
Sepertiga penghuni kota Malang adalah mahasiswi/mahasiswa yang belajar di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta yang bertebaran di Malang. Jadi kalau saat di stadion Kanjuruhan Anda lihat berbagai spanduk dengan tulisan Aremania Korwil (koordinator wilayah) UB--Universitas Brawijaya--, UM (eks IKIP MALANG), UIN, ITN, Widyagama dan sederet perguruan tinggi lainnya maka Anda akan lihat betapa Aremania itu supporter yang lintas wilayah (baik kota maupun provinsi). Aremania UB banyak yang berasal dari Jakarta, Semarang, Solo, Indonesia bagian timur juga. Hal yang sama juga berlaku di PTN?PTS yang tersebut di atas. Seluruh wilayah dan suku di Indonesia terwakili di Aremania. Pelangi itu terlihat jelas saat konvoi selebrasi kemenangan Sabtu, 5 Juni 2010 kemarin dimana kendaraan dengan plat luar kota Malang seakan menyerbu Malang Raya, mulai dari kota2 di Jawa Barat, Jabodetabek, Semarang, Jogya, Solo hingga bagian timur Indonesia. Saat saya tanya seorang penumpang dengan no kendaraaan asal Solo, mereka dengan bangga bilang,"Kami Aremania Solo," wah, padahal dia asli wong Solo........."Kenapa dukung Arema?" tanya saya lagi,"Yah kami dukung kesebelasan yang main bagus dan menang, selain itu Aremania juga supporter yang sportif dan inspiratif, maka kami ini Aremania Solo," tandasnya. Yup, ini jawaban yang tidak mungkin bisa direkayasa jika kita melihat kondisi dan situasi selama perhelataan Indonesia Super Liga 2009/2010 berlangsung. Hingga digelarnya perang bintang yang semula bakal dihelat di Stadion Gelora Bung Karno, akhirnya dengan pertimbangan keamanan bisa dilangsungkan di stadion Kanjuruhan Malang. Sekian ribu supporter hadir hingga tumpah ke pinggir lapangan, dengan Rp.1,1 Milyar masuk ke kantong panitia penyelenggara pertandingan Arema VS All Stars, Minggu 6 Juni 2010, berlangsung dengan tertib tanpa ada rusuh sedikitpun.
Kalau saat konvoi berlangsung ada saja supporter yang masih berulah dengan mengintimidasi nomor kendaraan Surabaya (L), maka ekskalasinya tidak besar dan para koordinator supporter sendiri biasanya akan menjatuhkan sangsi untuk supporter yang berulah tak terpuji itu.
'Pelangi' lain yang bisa disaksikan adalah banyaknya kehadiran perempuan dan anak-anak ke stadion Kanjuruhan. Sepuluh tahun yang lalu, mungkin rada jarang menyaksikan perempuan dan anak-anak ikut berbondong-bondong menyesaki stadion Kanjuruhan, mengingat alasan keamanan. Sekarang?orang tua tak segan membawa anak-anak ke stadion untuk menikmati pertandingan, demikian juga para perempuan peminat bola. Jika sudah demikian, sepakbola lebih bisa dinikmati dengan mata dan hati. Trimakasih Ongie Nade, eh Singo Edan!...................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H