Alkisah suatu ketika sekelompok murid bertanya kepada seorang guru," wahai ibunda guru tolong tunjukan kepada kami jalan menuju sukses". Sang guru tersenyum sambil menunjukkan kepada mereka arah menuju jalan tersebut. Murid muridpun serentak dengan semangat bersegera menuju jalan yang dimaksud, namun tak berapa lama berselang mereka kembali sambil menatap kebingungan kepada sang guru seraya bertanya," Ibunda guru benarkah jalan yang ibunda tunjukkan kepada kami adalah jalan yang benar ?".
Gurupun mengangguk," benar muridku, pergilah ke jalan itu maka kalian akan menemukan kesuksesan", salah seorang diantara murid tersebut mengajak kembali teman temannya, namun tidak berapa lama kemudian mereka kembali, hanya meninggalkan satu murid yang tadi mengajak teman temannya saja yang tetap berdiri menatap diding kosong yang menghalangi jalan, tampak dari kejauhan murid itu mengetuk ngetuk dinding , meraba tiap tepinya bahkan sempat berusaha menghantam dinding tersebut dengan batu.
Sementara teman temannya menatap penuh keheranan dan kembali menanyakan kepada sang guru, " Ibunda guru, mungkin ibunda salah menunjukan jalan kepada kami, ibunda lihat sendiri jalan itu buntu, bagaimana kami dapat menemukan kesuksesan disana ?". Guru tersenyum, sambil mengusap kepala murid muridnya berkata, " duhai muridku lihatlah teman kalian disana, dia begitu gigih mencari tahu ada apa dibalik dinding penghalang itu, sesungguhnya dibalik diding penghalang itulah kesuksesan tersembunyi".
Dari petikan kisah di atas dapat kita ambil pelajaran, bahwa sukses bukan suatu perkara yang mudah diraih, butuh perjuangan, pengorbanan dan tentu saja kesabaran. Sukses adalah proses menempa diri untuk mencapai sebuah prestasi, namun jika kita kaitkan dengan kondisi generasi saat ini besar kemungkinan mereka akan kesulitan mencapainya, mengapa ?. Karena wajah generasi kita yang dikenal dengan istilah strawberry generation memungkinkan mereka akan balik badan saat dihadapkan dinding penghalang.
Apa itu generasi strawberry ?, dikutip dari laman djkn.kemenkeu.go.id istilah generasi strawberry pada mulanya muncul di Taiwan, istilah ini menggambarkan generasi muda yang lunak dan rapuh seperti layaknya buah strawberry. Menurut Prof. Rhenald Kasali, generasi strawberry digambarkan sebagai generasi yang penuh dengan gagasan kreatif, menguasai teknologi dan berani mengeluarkan pendapat namun gampang sakit hati dan mudah menyerah.Pantaslah jika fenomena tersebut digambarkan seperti buah strawberry yang tampak cantik diluar namun lembek didalam. Jalan buntu dalam kisah tadi merupakan pertanda apakah anak anak kita atau murid murid kita termasuk dalam istilah strawberry generation ?. Lalu bagaimana peran orangtua maupun pendidik dalam menghadapi tantangan ini ?.
1. Orangtua sangat berperan dalam menciptakan generasi ini, salah satunya adalah beberapa dari mereka tidak membiarkan anak anaknya untuk mandiri, ketika anak mereka dihadapkan pada tantangan mereka dengan sigap memberikan bantuan dan perlindungan, selain itu sikap memanjakan anak akibat tingkat kemapanan secara ekonomi juga turut memperbesar munculnya ciri negatif dari generasi tersebut. Membiarkan anak menemukan solusi, memahami hubungan sebab akibat dan konsekuensi dari sebuah kesalahan serta membiarkan anak anak tumbuh dengan kemandirian merupakan solusi yang tepat dalam memutus rantai kerapuhan pada diri anak.
2. Pendidik yang merupakan salah satu faktor eksternal dalam pembentukan pribadi anak dapat memberikan kenyamanan belajar sesuai dengan fitrahnya, seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, "didiklah anak anak kita sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman". Dalam hal ini pendidik ibarat petani yang harus merawat tanaman padinya ( murid ) untuk tetap tumbuh dengan baik maka penting untuk memberikan tanah yang subur serta pupuk yang berkualitas.
Dari dua sumber peran tersebut tidak serta merta akan dapat menurunkan resiko berkembangnya generasi strawberry ini, peran pemerintah, masyarakat maupun kesadaran pribadi generasi muda agar senantiasa meliterasi diri dapat mengantisipasinya, sehingga jalan buntu yang akan dihadapi dapat mudah ditaklukkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H