Lihat ke Halaman Asli

"Penyandang Cacat"

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13104949841508887024

Judul yang benar : 'BUKAN PENYANDANG CACAT" Sejujurnya, tulisanku ini tidak dalam rangka membela diri terhadap perlakuan diskriminatif terhadap "kaumku". Sungguh, tidak!!! Aku hanya ingin berbagi rasa. Saya ngeri mendengar kata "penyandang cacat". Mengapa? Karena semua ciptaan Tuhan adalah baik. Di hadapanNya semuanya sempurna. Kata 'cacat' berkonotasi tidak baik. Pertanyaannya : "Siapa yang telah menyandangkan kata"cacat" pada ciptaanNya?" Kata "cacat " bukan Tuhan yang memberi. Dalam frase "penyandang cacat" terkandung perlakuan diskriminatif terhadap sekelompok ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan berbeda dengan kelompok ciptaan Tuhan yang lain. Marilah kita semua membuka jendela mata fisis dan batin kita, sehingga kita akan melihat perspektif baru : perspektif difabilitas. Kita akan memiliki cara pandang yang sama terhadap keberbedaan kemampuan para kaum insani. Difabilitas, suatu saat harus masuk menjadi lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebagai turunan kata "difabel". Yaahhh..., karena saat ini masih sulit untuk mencarinya dalam KBBI, untuk sementara (atau seterusnya) tak apalah kita mengadopsinya dari bahasa Inggris : "different-ability" - "different-able" dengan terjemahan bebas "berbeda kemampuan", kemudian menjadi "diffable" lalu kita nasionalisasi menjadi "difabel".

1310495084633150567

Kata "difabel" cukup enaklah di telinga. Cukup enak untuk menjadi lauk makan fisis dan batin kita sehari-hari. Bahkan kata tersebut sudah terbiasa digunakan oleh teman-teman penggiat persamaan hak (hak asasi). Tak ada sedikitpun kandungan perlakuan diskriminatif di dalamnya. Mengapa? Karena kita semua diciptakan Tuhan lengkap dengan keberbedaan, termasuk keberbedaan kemampuan. Insan berkemampuan fisik amat minim sekalipun (sampai-sampai keberlangsungan hidupnya tergantung total pada insan lain), telah Tuhan jadikan sebagai cermin dan pengasah hati nurani bahkan keimanan kita. Nah, "perspektif difabilitas" (cara pandang kita akan keberbedaan kemampuan ciptaanNya), akan menjauhkan kita dari sikap diskriminatif terhadap (bahkan lebih mencintai) ciptaan Tuhan. Sidang Pembaca, yuk, kita sambut kata "difabel" dalam hidup keseharian kita, dan kita buang kata "penyandang cacat" dari kamus hidup kita. Salam Difabel !



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline