Lihat ke Halaman Asli

Gubernur Sulawesi Selatan Belajar Sistem Pipanisasi Air Negeri Kanguru

Diperbarui: 8 Oktober 2019   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan Gubernur SulSel ke Australia. | Dokpri

Australia. HM Nurdin Abdullah selaku Gubernur SulSel (Sulawesi Selatan) memimpin rombongan mengunjungi negeri Kanguru, Australia. Dia didampingi Aron Cirbett selaku Consul Australia untuk Indonesia di Makassar.

Memasuki hari kedua, Senin (07/10/19), Nurdin Abdullah bertandang ke Netafim. Adalah perusahaan yang memproduksi pipa, selang dan komponen pengairan untuk mendukung sistem mekanisasi pertanian.

Dikatakan bahwa kunjungannya itu untuk mempelajari pengelolaan air di Australia yang menggunakan sistem perpipaan. Metode itu nantinya akan diterapkan di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

"Kita berencana menerapkan pengelolaan air ini untuk mendukung program pengembangan jagung di Kabupaten Takalar. Makanya kita belajar sistem yang dikembangkan di Australia", jelasnya.

Pengembangan komoditas jagung di Takalar tahun 2019 mencakup 200 Ha lahan pertanian. Untuk itu dibutuhkan pengairan yang efektif agar hasil yang dicapai nantinya maksimal.

"Indonesia ini kelebihan air, apalagi daerah kita di SulSel. Hanya saja belum di kelola baik sehingga kerap dikatakan ada kendala dengan air", terangnya.

Harapannya, dengan pipanisasi yang diadopsi dari Australia, pertanian di SulSel lebih produktif. Bahkan untuk Takalar sendiri dapat dikatakan akan menjadi titik tolak lahirnya perdaban pertanian modern di seluruh daerah di SulSel.

Sementara itu, Manager Director Netafim, Levy Schneider bahwa Australia termasuk negara dengan tingkat ketersediaan sumber daya air yang relatif minim. Namun dengan sistem yang dikembangkan sukses meningkatkan produksi pertanian mencapai kurang lebih 100 juta Dolar AS (Amerika Serikat) serta meningkatkan kesejahteraan 27 ribu petani di tahun pertama.

Dimana telah dikembangkan di India dan Afrika Selatan. Keduanya menganggarkan masing-masing sebesar 100 juta Dolar AS dalam penerapan sistem pengairan tetes.

"Baru sekitar 13 persen dari total lahan pertanian di dunia yang memanfaatkan sistem manajemen irigasi tetes untuk menyuplai kebutuhan tanaman diantaranya air, pupuk cair dan nutrisi", tuturnya.

Lanjut Levy, untuk pengairan, petani Australia harus mengeluarkan dana 800 Dolar Australia per Kubik. Setara dengan 7,6 juta Rupiah dengan Kurs senilai 9.536 Rupiah tiap Dolar Australia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline