Lihat ke Halaman Asli

Jembatan Mudik untuk Indonesia Merdeka

Diperbarui: 2 Juni 2019   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan gantung selebar 1 meter di Dusun Pattallassang, Desa Tabbinjai, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa. (dokpri)

Makassar. Suasana mudik rupanya semakin merasuk ke dalam relung jiwa Muhlis Majid, warga Dusun Pattallassang, Desa Tabbinjai, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa yang sehari-hari bekerja sebagai Penulis dengan wilayah kerja Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto. (baca : Penulis, Android, Ramadhan, Membaca, Jurnalis)

Saat ini masih berada di Makassar, padahal sebelumnya sudah menyiapkan diri di tanggal 31 Mei 2019 untuk Mudik langsung dari Jeneponto menuju kampung halamannya. Namun karena banyak pertimbangan, mudik tahun ini harus dibagi 2 etape.

Benar dia berangkat dari Jeneponto hari Jum'at lalu. Tapi memutuskan singgah di Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar untuk menyiapkan etape kedua karena kondisi motornya harus dia pastikan lebih siap lagi menjajal rute menantang yang ekstrim.

Sabtu kemarin (01/06/19) ditulisnya pada Status di Akun Facebook pribadinya kondisi jalan di desanya sangat memprihatinkan. Dia mengunggah foto yang dikirimkan sang isteri yang menunggu kedatangannya di rumah.

"Terancam mudik dengan jalan kaki lagi di tanah mirip sawah ini kalau begini kamase, #colek pemerintah", tulis Muhlis sekitar pukul 23:29 Wita.

Muhlis bersama keluarganya. (dokpri)

Belum lagi jembatan yang mau tidak mau harus dilewatinya sebelum mencapai rumahnya di Dusun Pattallassang. Jembatan selebar kurang lebih 1 meter itu satu-satunya infrastruktur yang disediakan untuk menyeberangi sungai yang dengan lebar mencapai 20 meter.

Muhlis lalu mengatur ulang jadwal Mudik Senin besok (03/06/19). Dengan segala persiapan matang pastinya, termasuk kendaraan pribadinya harus siap mengangkut dirinya dan barang bawaan mudik miliknya.

"Besok harus pulang ke kampung apapun kondisinya. Mudah-mudahan Pemerintah lebih tersentuh hati dan kebijakannya dengan kondisi desaku", ujarnya.

Kalau ditanya suka dukanya mudik kata Muhlis, tentu banyak kisah mengharukan harus dialaminya khususnya perjalanan menuju kampung hingga kembali lagi ke kota pasca lebaran nanti. (baca : Mudik ke Pelosok Desa, Muhlis Menjelma Jadi Ninja Hatori)

"Di jalan seringkali Saya harus tinggal sejenak memikirkan kondisi jalan di desaku. Pasti jalan kaki lagi Saya setibanya di perbatasan desa", bebernya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline