Lihat ke Halaman Asli

amaziarachel

Institut Seni Indonesia

Blangkon dan Anak Muda: Mempertahankan Warisan di Tengah Arus Modernisasi

Diperbarui: 2 Januari 2025   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampun Blangkon, Serengan, Surakarta

Apasih yang ada dipikiran kalian saat mendengar kata blangkon dan anak muda? Di era yang semakin modern ini, anak muda cenderung kurang tertarik dengan hal-hal yang berbau tradisional. Namun, apakah benar generasi muda benar-benar mengabaikan warisan budaya?

Pada artikel ini, menampilkan hasil sebuah percakapan dengan seorang pengrajin juga pendiri Kampung Blangkon Kota Solo, Pak Agung yang memberikan pandangan lebih mendalam mengenai salah satu warisan kota Solo.

Permintaan dari Anak Muda dan Penggunaan Tradisi

Ketika ditanya apakah masih banyak anak muda yang tertarik dengan blangkon, Pak Agung, sang pengrajin menjelaskan bahwa pesanan dari kaum muda masih ada, meskipun tidak sebanding dengan kalangan lainnya. Biasanya, blangkon digunakan untuk acara-acara tertentu seperti upacara adat, pernikahan, dan kegiatan komunitas. Pesanan juga datang dari berbagai instansi, seperti guru-guru di Karanganyar yang meminta blangkon jenis "seliwir" dan pesanan khusus dari Kalimantan untuk acara tertentu, meski dengan harga fantastis hingga Rp400 ribu per buah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian anak muda yang masih menghargai dan melestarikan warisan budaya. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi telah mempengaruhi cara pandang generasi muda terhadap budaya tradisional. Banyak anak muda yang lebih tertarik pada hal-hal yang dianggap lebih kekinian dan relevan dengan gaya hidup mereka.

Musim Penjualan dan Peran Komunitas

Penjualan blangkon di Solo cenderung meningkat pada musim-musim tertentu seperti hari besar, Hari Kartini, dan 17 Agustus. Ditambah lagi, komunitas di Solo dan seluruh Indonesia kerap memesan blangkon untuk berbagai acara. Era media sosial juga membantu memperluas jangkauan pemasaran, sehingga pesanan bisa datang dari berbagai penjuru. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa, meskipun menghadapi saat ini kita menghadapi era modernisasi, masih ada minat yang cukup besar terhadap warisan budaya ini.

Variasi Blangkon dan Tingkat Kesulitan

Solo dikenal dengan berbagai jenis blangkon yang mencerminkan budaya turun-temurun. Blangkon bukan sekadar aksesori, tetapi juga simbol identitas dan penghormatan terhadap tradisi. Setiap daerah di Solo memiliki blangkon dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Blangkon juga memiliki tingkatan simbolis yang berbeda, mulai dari cinderamata, penjualan kaki lima, rias pengantin, hingga digunakan oleh dalang dan pejabat tinggi. Hal ini menandakan bahwa blangkon memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Solo, baik dalam konteks sehari-hari maupun dalam upacara dan ritual yang lebih formal.

Tempat Produksi Blangkon Pak Agung KSA di Kampung Blangkon, Serengan, Surakarta

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline