Tahun produksi : 2016
Producer : Himalaya dan Andromeda Pictures
Sutradara : Dedi Syahputra
Pemain : Dimas Aditya, Mentari de Berrele, Billy Davidson, Ikang Fawzi, Wanda hamidah, karina Suwandi
genre : drama romantis
Film dimulai dengan adegan perkenalan Raya (Mentari) dengan Nico (Dimas) ketika mereka masih kecil dan hidup bertetangga. (Duuh tetangga yang manis ehem...jadi ingat cerita sendiri). Karena punya penyakit jantung, Raya tak punya banyak teman karena hidupnya selang seling antara rumah sakit dan rumah.
Ia merasa kehadirannya jadi beban buat ibunya yang single parent. Sejak saat itu mereka berteman. Karena Nico lebih tua, maka ia menganggap dirinya sebagai kakak buat Rayya. Meski jahil, tapi pertemanan mereka terjalin akrab hingga dewasa saat masing-masing sudah bekerja. Rayya jadi editor mode sebuah majalah remaja dan Nico jadi fotografer.
Rayya yang dari kecil merasa dirinya tak sama dengan teman-temannya, saat jatuh cinta jadi merasa tak punya keberanian untuk menyatakannya. Maka..ia ungkapkan perasaan cintanya pada cowo-cowo yang disukainya itu pada selembar surat cinta lalu menyimpannya di whisper box. Cuma Nico yang tahu siapa saja yang ditaksir Rayya.
Hingga suatu saat Rayya mendapat tamu, yang ternyata adalah cowo yang dulu dia taksir. Satu persatu lelaki yang pernah singgah di hati Rayya datang menemui, namun semua berlalu hingga mantan terindahnya datang, Addin (Billy Davidson bukan Harley ). Ternyata mereka sempat jadian namun putus yang ternyata berhubungan dengan Nico? Kok bisa. Iya bisa. Lihat sendiri nanti.
Ketika hubungan mereka menghangat kembali,... justru saat itulah sebuah peristiwa menyadarkan Rayya tentang siapa sebenarnya cinta sejatinya. Waktu-waktu yang berlalu digunakan sebaik-baiknya untuk mendampingi Nico. Iya,... seperti dulu Nico selalu menemaninya melewatkan saat-saat sulit bertarung dengan kematian, kini giliran Raya yang harus mendampingi Nico menghadapi hari-hari terberatnya seperti janji mereka selama ini. Persahabatan kita seperti bintang, selalu ada baik di waktu siang maupun malam. Lu ada buat gue dan gue akan selalu ada buat elu. Khas anak muda.
Nico dengan caranya sendiri menunjukkan apa arti cinta buat rayya. Termasuk mendewasakannya. "Jantungmu boleh lemah tapi hatimu harus kuat.." Begitulah kita seharusnya menghadapi hidup. Mari jadi sosok yang kuat. Pesan yang bagus buat para remaja di tengah fenomena Aw Karin yang nangis overdosis gara-gara diputusin Gaza. Ah..jadi kemana-mana deh. jadi remaja harus penuh semangat, dilarang cengeng karena hidup masih panjang dan kesempatan terbentang luas.
Kehadiran bintang-bintang era 90-an membuat nostalgia buat penonton yang lagi ABG saat itu (ketahuan deh umurnya haha) Ikang Fawzi, Karina Suwandi dan Wanda Hamidah yang masih cantik di usia matangnya. Film ini seperti es krim, ringan tak perlu pemikiran panjang, duduklah manis dan siapkan tissue karen a akan ada adegan yang harus membuatmu diam-diam mengusap air mata. Kehadiran pemred Rayya yang judes lumayan memberikan warna di film agar lebih variatif.
Dimas membuktikan kalau ia pemain senior di antara wajah-wajah baru yang dipasang. Aktingnya natural, enak buat dinikmati dan dilihat #eh.... Sementara mentari dan Billy terlihat berusaha untuk mengimbangi. Hanya saya merasa pengambilan gambar cenderung monoton di close up sampai medium shoot. Akan lebih indah jika banyak variasi agar penggambaran adegan di film lebih berpuisi.
Mengambil lokasi di Kota Bunga Puncak, membuat film ini punya pemandangan yang cukup indah. Sayang kurang dieksplorasi dari segi pengambilan gambar, padahal lokasinya bagus loh...coba diambil gambar dari longshoot lalu mereka ketemuan di tengah jembatan yang banyak patung dewa-dewi dari legenda Yunani itu, pasti indah. Dua orang datang dari dua arah yang berlawanan dalam kamera long shoot pasti enak di mata.
Buat anak-anak muda, film ini memang buat kalian.