Jauh-jauh hari ketika bulan puasa masih diambang pintu dan berita seputar kenaikan harga kebutuhan pokok atau saat orang mulai memimpikan THR, Pak Anies Baswedan yang saat itu masih menjabat sebagai Mendikbud sudah mengingatkan para orang tua untuk menyisihkan waktu agar bisa mengantarkan anaknya di hari pertama bersekolah pada tahun ajaran baru.
Program mengantar anak di hari pertama sekolah ini didengung-dengungkan di berbagai media social seperti twitter, face book, edaran yang disebarluaskan melalui aplikasi whatapps, dan lain-lain. Bahkan program mengantar anak ke sekolah ini sempat menjadi trending topic selama beberapa hari. Menurut saya ini berita yang menggembirakan, karena orang tua mulai menyadari betapa besarnya arti kehadiran mereka di hari pertama anaknya bersekolah. Apalagi jika anak baru masuk sekolah hari itu, pasti sosok orang tua yang menemaninya ke sekolah akan memberikan pengaruh positif bagi si anak.
Pak Anis memang bukan orang yang hanya memikirkan sistematika pembelajaran yang harus digunakan di sekolah atau masalah teknis pendidikan saja, karena sudah menjadi anekdot umum jika ganti menteri ganti kebijakan dan ganti kurikulum juga. Pak Anis memandang bahwa pendidikan menjadi tanggung-jawab semua pihak, bukan hanya sekolah tapi juga orang tua, masyarakat, media massa dan pemerintah. Sinergi berbagai komponen bangsa ini akan menciptakan energy positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Bagi anak-anak usia belia, suasana dan lingkungan baru bisa memicu stress. Pada usia belia, anak-anak suka mempelajari hal-hal yang telah dikuasainya dengan baik. Karena itulah mereka hobi mengulang-ulang menanyakan hal yang sama tanpa bosan. Itulah sebabnya beberapa tahun lalu, film nicklelodeon seperti Dora The Explorer sangat disukai anak-anak, karena film itu diputar berulang-ulang, dana anak-anak makin menyukainya jika mereka menguasai jalan cerita, menghafal dialog dan ekspresi wajah Dora.
Karena mereka merasa mampu menjawab dan itu menimbulkan rasa percaya diri. Sesuatu yang baru, yang belum dikuasainya bisa menimbulkan tekanan batin, karena kurangnya kepercayaan diri jika ia mampu mengatasi situasi yang belum bisa diperkirakannya sama sekali.
Sekolah baru, bertemu teman-teman baru, baju seragam baru, bertemu orang dewasa baru yang akan menjadi gurunya, karena selama ini jadi jago kandang, hanya mengenal ayah ibu dan pengasuhnya, anak akan berani memulai membuka percakapan, membuka diri pada guru jika orang tua memberikan penguatan dan menyakinkan bahwa situasi terkendali dan ia akan baik-baik saja.
Bahkan bagi anak yang lebih besar sekalipun, kehadiran orang tua yang mengantarkan mereka ke sekolah akan meningkatkan rasa percaya dirinya, karena bisa menunjukkan pada teman-temannya bahwa ia berasal dari keluarga yang utuh dan bahagia. Bahwa ia berharga bagi orang tuanya, sehingga mereka menyempatkan waktu untuk mengantarkan hari pertama ke sekolah. First day of School adalah sebuah ritual suci bagi tiap anak, yang kenangannya akan terekam hingga saat mereka dewasa nanti. Pak Anis paham, bahwa proses pendidikan itu harus dilaksanakan secara holistic dan berkesinambungan.
Tanpa adanya kerjasama dan sinergi berbagai komponen masyarakat, program mengantar anak di hari pertama sekolah hanya akan menjadi sekedar slogan tanpa arti. Karena untuk mendukung suksesnya program ini, Pak Anies meminta para perusahaan swasta untuk memberikan dispensasi waktu pada orang tua agar bisa mengantarkan anaknya di hari pertama sekolah. Begitupun di kantor-kantor pemerintahan, surat edaran himbauan mengantar anak di hari pertama sekolah beredar luas dan meminta pengertian para atasan untuk memberikan waktu bagi bawahannya yang ingin mengantarkan buah hati di hari pertama sekolah.
Program ini berjalan lancar dan mendapat sambutan hangat. Para public figure pun turut serta berpartisipasi memeriahkan program ini, seperti foto di atas yang diambil dari instagram Donna Agnesia yang mengantarkan sendiri tiga buah hatinya ke sekolah. Beberapa selebriti lain seperti Inul Daratista, Ayu Ting Ting, Sheila Marcia juga meng-upload foto kegiatan mereka mengantarkan anaknya ke sekolah dengan bangga, dengan foto-foto keren. Dan ini memberikan dampak positif pada masyarakat, bahwa gerakan mengantar anak ke sekolah membrikan andil besar bagi perkembangan anak di kemudian hari.
Kebetulan, saya seorang guru. Menjadi dilemma bagi kami, dalam menyikapi program ini. Di satu sisi,..betapa inginnya kami mengantarkan anak ke sekolah di hari pertamanya, mendoakannya, menciumnya sebelum masuk pelataran sekolah, berkenalan dengan wali kelasnya, memberi semangat bahwa hari itu akan menjadi hari yang luar biasa bagi buah hati. Tapi di sisi lain, sebagai guru, kami tak mungkin meninggalkan kewajiban. Tak mungkin saat orang tua datang mengantarkan anaknya ke sekolah, justru kami para guru taka da di tempat karena mengantarkan anak masing-masing juga.
Putar otak, akhirnya hari Minggu itulah saya bantu si Adek untuk mempersiapkan segala keperluannya di sekolah baru. Memastikan baju seragam baru telah dicuci bersih, wangi tersetrika. Kaus kaki putih bersih sudah disipkan, begitupun sepatu yang bbersih dan kebetulan baru biar lebih semangat di sekolah baru pun, telah teronggok dengan manis di sudut kamar menanti digunakan di hari besar esok hari. Tas sekolah diperiksa dengan seksama, memastikan segala keperluan belajar seperti buku pelajaran, binder dan alat tulis telah disiapkan, apakah semuanya telah dimasukkan ke dalam tas. Jangan sampai ada yang tertinggal karena dapat menimbulkan kepanikan keesokan harinya.