Lihat ke Halaman Asli

Shita Rahmawati Rahutomo

Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

"Suara Indonesia" Menegaskan Kompas TV sebagai Stasiun Televisi Berita

Diperbarui: 1 Februari 2016   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis, 28 Januari 2016 Kompas TV me-relaunching diri menegaskan menjadi televisi berita, menjadi rival bagi Metro TV dan TV One. Media massa, terutama televisi memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik terkait berbagai kasus dan peristiwa yang terjadi di negeri ini. Sifat khalayaknya nya yang masif, selalu up date dala waktu singkat, dilengkapi gambar bergerak dan gratis membuat televisi digdaya dalam menyebarkan berita.

Media massa, dalam berbagai bentuk, baik media konvensional seperti koran hingga media massa digital, adalah pilar ke empat yang menyokong tetap tegaknya negara yang berdasar demokrasi. Pada masa rejim Orde Baru, Presiden Soeharto yang memerintah dengan otoriter menyeragamkan isi semua media dengah dalih stabilitas politik untuk menjaga keberlangsungan pembangunan ekonomi. Maka televisi dipenuhi dengan acara-acara 'membosankan' seputar seremoni yang dilaksanakan pemerintah. Rakyat dipaksa melihat siaran langsung di mana kepala negara berpidato berjam-jam tanpa lelah di semua televisi, baik milik pemerintah maupun swasta.

Saat Orde Baru tumbang, pers segera berubah. Euphoria kebebasan berekspresi membuat banyak media massa terjebak membuat dan menayangkan berita sampah atau acara pesanan sesuai pihak yang berani membayar. Stasiun televisi, apalagi swasta,  pada dasarnya memang menjadikan rating tinggi sebagai tujuan. Televisi harus mencari keuntungan sebesar-besarnya, di negara yang dalam Undang-Undang Dasarnya menganut paham sosialis namun dalam kenyataannya berpraktek menjadi negara liberalis, kapitalis, hedonis dan konsumeris habis!

Maka segala acara yang menciptakan rating tinggi, tanpa peduli apa isinya dibuat untuk menyedot iklan sebanyak-banyaknya. Sinetron-sinetron Stasiun berita tak kalah besar kesalahannya. Stasiun berita saat ini susah dicari yang memberikan pemberitaan yang berimbang tanpa tendensi, padahal dasar berita haruslah menjadi pihak yang netral. Para pemilik modal menanamkan investasi di bidang pertelivisian selain untuk memperoleh keuntungan dari kue iklan juga sebagai corong politik pribadi sang pemilik. Beberapa stasiun televisi berita yang ada di Indonesia lalu mulai meninggalkan prinsip dasar jurnalisme, untuk menyuarakan informasi yang berimbang dan tak memihak satu pihak tertentu. Stasiun televisi mengambil sudut pandang yang sesuai dengan keinginan pemiliknya atau bahkan digunakan sebagai counter berita dan menggiring opini publik menuju tujuan yang diinginkan. Dan ini tentu saja membingungkan khalayak yang ingin mendapat informasi yang jauh dari bias.

Maka Kompas TV hadir kembali, meneguhkan fungsinya sebagai suara rakyat Indonesia, yang menjauhkan diri dari kepentingan kelompok tertentu dengan menyajikan berita yang berimbang dan netral. Kompas TV ingin mengembalikan fungsi media massa sebagai watch dog bagi kebijakan pemerintah sekaligus memberikan pendidikan politik yang sehat bagi masyarakat. Selain itu, Kompas TV diharapkan memberikan tontonan yang sehat, yang menginspirasi dan mendidik generasi muda. Maka tayangan berbentuk feature yang berisi kisah perjuangan para manusia bertahan hidup dan menegakkan idealisme menjadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi sesama akan banyak dihadirkan.

Pada acara launching sebagai stasiun berita dihadiri para tokoh penting dan pejabat tinggi Indonesia. Bahkan Wapres Jusuf Kalla pun hadir memberikan pidato. Begitupun beberapa menteri kabinet kerja turut hadir seperti Menteri Agama, Menteri PAN, Menteri, para anggota DPR seperti Tantowi Yahya, Nurul Arifin, Miing Bagito dan Sys NS. Juga atlet tinju masa lalu, Ellias Pical dan memutar cuplikan film-film Warkop DKI yang meski kesannya film komedi slapstik namun ternyata mengandung kritik pada pemerintah otoriter masa itu. Hadir pula Sumita Tobing yang memberi warna bagi jurnalistik televisi Indonesia. Meski sudah lanjut usia, tapi masih energik, berapi-api, modis dan idealis. Pidato singkatnya mengingatkan kembali fungsi televisi bagi kemajuan bangsa, bagi kesiapan generasi muda menghadapi persaingan di era globalisasi dunia.

Hadir Trio Lestari, Tantri Kotak yang memakai gaun malam cantik berumbai abu-abu dipadu warna hitam. Tantri terlihat cantik sekali dan tetap bersemangat menyanyikan lagu "Tendangan dari Langit" meskipun sedang hamil besar. Panji Pragiwaksono berkolaborasi dengan Cak Lontong menyanyikan lagu rap dengan lirik yang lucu. Tak mau kalah, Jarwo Kuat ikut meramaikan acara dan mampu mengocok perut para undangan dengan memerankan karakter-karakter Presiden Indonesia dari gaya Soeharto yang njawani, Gus Dr dengan peci miringnya, Habibie yang berapi-api, Pak SBY yang kalimat-kalimatnya tertata. Lucu sekali.  Indro Warkop juga hadir dan para celebritis berita televisi seperti pemred Kompas TV, Rosiana Silalahi yang tampil cantik dalam gaun biru navy berkerah Sanghai, Aiman Wicaksono dan Ira Kusno yang sudah lama menghilang dari layar kaca. Ia cantik sekali dalam balutan busana malam berwarna merah marun.

Tapi bintang pertunjukan malam itu adalah Iwan Fals! Suaranya masih menggelegar menyuarakan kritik sosial yang pedas. Bisa dibayangkan betapa kekinya para wakil rakyat yang hadir ketika lagu "Wakil rakyat" dinyanyikan dengan penuh kemarahan dan disambut tepuk tangan meriah para undangan yang hadir. Lirik lagu itu ternyata masih update menggambarkan kualitas wakil rakyat kita yang masih memprihatinkan. Semoga ke depannya makin baik kualitas wakil rakyat kita dengan bantuan televisi untuk memberikan kritik dan memantau kegiatan para penghuni gedung DPR.

 

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline