Lihat ke Halaman Asli

Amas Mahmud

Pegiat Literasi

Opini: Anies Jika Ingin Menang Lakukan Ini

Diperbarui: 12 Oktober 2022   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan (Dokpri)


SAFARI
politik dan bahkan deklarasi untuk bakal calon Presiden Republik Indonesia (RI), telah dilakukan partai politik. Sebut saja partai NasDem. Yang mendeklarasikan, memutuskan Anies Rasyid Baswedan (ARB) sebagai calon Presiden dalam Pilpres 2024. Berbagai analisis juga mencuat. Tensi politik terus meningkat.

Beredar kabar nama Puan Maharani, Airlangga Hartarto, Prabowo Subianto, Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo juga dalam waktu dekat akan menggelar deklarasi sebagai bakal calon Presiden. ARB yang lebih dahulu diusung sebagai calon Presiden oleh NasDem mendapat peluang, sekaligus ancaman secara elektoral.

Peluangnya, ARB akan meraup dukungan publik. Bagi floating mass ARB telah jelas bersikap. Akan menjadi magnet yang memikat hati mereka. Ancamannya, tentu ARB akan dimangsa para makelar politik. Termasuk rival politiknya. Skandal politik, jika ada, akan diubar ke publik. Praktek character assassination dilakukan terhadapnya.

Kehadiran ARB di pentas Pilpres secara terang-terangan membuat dirinya menjadi episentrum baru dalam percaturan demokrasi kita. RAB menjadi tema yang dipercakapkan secara politik. Menjadi makin populer. Di media sosial, baik yang bernampak meningkatkan elektabilitas, menambah sentimen positif, maupun sentimen negatif, ARB intens dibicarakan publik.

Tantangan besar bagi ARB ialah ketika dirinya tidak tepat menentukan koalisi. Terburu-buru dan kurang selektif memilih paket calon Wakil Presiden, membuat ARB terseret dalam jurang kekalahan. Sejumlah pengamat memprediksikan ARB akan menang dalam Pilpres 2024 jika berpasangan dengan Ganjar Pranowo. Simulasi pasangan telah dilakukan. Bahkan jika Anies-Prabowo, peluang menangnya besar.

Menurut saya, ARB akan menang jika berkoalisi dengan KIP (Khofifah Indar Parawansa), Gubernur Jawa Timur. Ini alternatif kedua. Selain sebagai Kepala Daerah, KIP merupakan simbol dan representasi politik perempuan. Tak kalah pentingnya, KIP sebagai jebolan aktivis pergerekan mahasiswa, seorang kader terbaik Nahdlatul Ulama (NU).

ARB dari HMI, KIP dari PMII. Dua organisasi kemahasiswaan yang luar biasa memiliki kader luar di Indonesia. Bahkan di Luar Negeri. Kedua sosok ini sejak menjadi mahasiswa masing-masing pernah aktif di HMI dan PMII. Solidaritas dan spirit kekeluargaan tersebut tidak bisa diabaikan. Artinya, unsur-unsur pendukung itu akan menjadi modal besar. Menjadi resource dalam pemenangan politik.

Dari sisi kualitas, ARB dan KIP sangat memiliki kompetensi kepemimpinan. Mereka terdidik, terpelajar, berpengalaman, memiliki visi masa depan. Rekam jejak mereka jelas, penuh dengan dialektika intelektual, akademis.

Untuk kiprah politik, keduanya menjadi Kepala Daerah. ARB sebagai Gubernur DKI Jakarta, lalu KIP sebagai Gubernur Jawa Timur. Tidak main-main, daerah dengan jumlah pemilih terbanyak kedua (Jatim), dan terbanyak ke-enam (DKI Jakarta).

Dari sisi pertalian darah atau keturunan, ARB dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat. Dimana Jabar adalah wilayah dengan jumlah pemilih terbesar atau terbanyak pertama di Indonesia. Yakni Daftar Pemilih Tetap (DPT) 33,27 juta jiwa, ini sesuai data Pilpres 2019.

Perpaduan kekuatan yang tidak bisa dipandang remeh. Karena posisi KIP, bisa menarik kecenderungan politik perempuan, Jawa, NU, dan kelompok pemilih nasionalis. Putra asal tanah Pasundan ini dikenal kalem, santun dalam menyajikan pandangan-pandangan politiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline