Lihat ke Halaman Asli

Amas Mahmud

Pegiat Literasi

Jenaka Politik, Lapak Edukasi Alternatif

Diperbarui: 19 April 2022   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Amas (Dokpri)


BANYAK
pentas politik kita diwarnai cerita jenaka. Yang mengundang tawa. Begitulah realitas bangsa kita Indonesia, semua situasi politik yang tegang harus disikapi dengan jenaka. Kadang parodi politik lebih membuat rakyat jernih berfikir, dan lebih sabar.

Lebih arif dan juga bijaksana membaca peta politik, serta dinamikanya. Dikala praktek politik berisi pameran perampokan uang rakyat "korupsi". Jenaka politik menjadi panggung alternatif untuk mendidik kewarasan rakyat. Melalui kanal tampilan yang ringan dan santai.

Setidak-tidaknya dengan metode itu, rakyat bisa akur. Tidak ada lagi kemunafikan dan saling dendam. Bagaimana tidak, dengan jenaka orang-orang tertawa lepas. Tanpa beban. Menjauhkan pikiran negatifnya, melepas buruk sangka. Jenaka politik menawarkan suasana kejujuran.

Perbanyaklah jenaka politik. Lucu-lucuan, cerita yang membangkitkan tawa menggema sepertinya lebih efektif membuat elemen rakyat terkumpul. Terkonsolidasi dengan sendirinya tanpa konflik kepentingan. Tanpa memelihara dan memupuk dendam kesumat.

Situasi yang paling memberatkan sekalipun bagi rakyat, seperti kelakaan minyak goreng. Naiknya harga BBM, bisa disadur, dipentaskan dalam bentuk penggung jenaka politik.

Biar rakyat segar pikirannya. Tidak kusut wajah rakyat, begitu juga wajah politisi kita. Mereka para aktor politik yang berpikiran buruk akan tersentuh melalui refleksi jenaka politik. Para aktor "pelawak", komika stand up comedy memamerkan talentanya. Beri komedian kita daulat dengan hormat untuk berkreativitas mencerahkan publik. Dan menyadarkan politisi penikmat, pemabuk kekuasaan.

Panggung rakyat atau ruang terbuka "public space" perlu diberdayakan. Diatur dan dimanfaatkan ruang umum untuk membangkitkan cerita-cerita lucu yang reflektif. Melalui pendekatan itu, kita berharap kritik ringan dan cerdas, juga pedas, tepat sasaran akan dilayangkan. Hadirkan para politisi yang pernah mengalami cacat moral.

Tidak saja itu. Para calon koruptor boleh diundang hadir. Tidak sedikit forum ilmiah, dialog publik, seminar, sosialisasi, edukasi, sampai debat telah dilakukan. Tapi perilaku politisi korup, anti kritik, tetap saja ada. Tidak habis-habisnya tumbuh. Jenaka politik perlu menjadi role model baru dalam menyadarkan masyarakat politik.

Agar ketegangan diantara sesama rakyat. Para politisi, kader pemimpin bangsa lintas generasi boleh disuguhi realitas baru. Biar pengayaan politik diredesain lagi. Memang kita tidak harus krisis dan miskin metode. Ketika dengan pola edukasi politik klasik, politisi tetap bermental begal. Kita harus berani merubah. Menempuh cara baru.

Panggung dan pameran jenaka politiklah rekomendasinya. Melalui pementasan tersebut, cerita lucu terkait politik kebangsaan, perilaku negarawan, ketaatan pada konstitusi dapat diceritakan ulang. Hikmahnya tentu akan ada. Dimana ruang renegerasi dapat tumbuh. Silaturahmi yang bersifat terbuka dan cair lebih aktif dilakukan.

Sekedar diketahui. Cerita jenaka merupakan bagian cerita rakyat yang berunsur jenaka atau lucu yang dapat membangkitkan tawa. Terapi tawa membuat kita bebas, merdeka, dan jujur mengekspresikan apa yang ada dalam diri kita. Pentas leluconlah yang akan memfasilitasi itu semua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline