Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Hartanto Amarsa

Merangkak atau memilih layu

Feminisme tentang Hak Pendidikan

Diperbarui: 7 April 2021   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : beautynesia.id

Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, gerakan politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial. 

Feminisme menganggap dan ingin mengubah posisi bahwa masyarakat kebanyakan memprioritaskan sudut pandang laki-laki, dan bahwa perempuan diperlakukan secara tidak adil di dalam masyarakat tersebut.

 Upaya untuk mengubahnya termasuk dalam memerangi stereotip gender serta berusaha membangun peluang pendidikan dan profesional yang setara dengan laki-laki.

Di indonesia khususnya di daerah daerah desa masih menggunakan pemikiran bahwa laki-laki harus bertanggung jawab lebih besar terhadap keluarganya, maka dari itu laki-laki lebih di prioritaskan pendidikanya agar besok bisa mendapatkan pekerjaan untu menghidupi keluarganya. 

Sementara perempuan dipinggirkan dan dipandang sebelah mata, dimata orang daerah perempuan hanya bertugas untuk membantu laki-laki dalam mengurus rumah, anak, dan keluarganya. Dan tidak memiliki hak untuk berada lebih tinggi dari strata laki-laki. 

Oleh karena itu tidak sedikit perempuan yang tinggal di daerah hanya menempuh pendidikan SD lalu setelah lulus hanya disuruh untuk membantu pekerjaan rumah orang tuanya. Tujuanya agar ketika ada laki-laki yang melamarnya dan menikahinya, perempuan itu siap untuk hidup mandiri dan mengurus rumah tangganya. 

Masyarakat daerah perlu diberi pengarahan dan pengertian feminisme dibidang pendidikan, dimana pendidikan bukan hanya untuk menuntut pekerjaan yang akan diraih besok, tetapi juga untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Pendidikan sangat dibutuhkan untuk segala gender. Perempuan juga memiliki hak yang sama persis tentang pendidikan seperti laki-laki.

Di masyarakat kota sudah menerapkan feminisme bahwa pendidikan diperlukan untuk semua gender entah itu laki-laki atau perempuan. Mereka memiliki hak yang sama untuk menempuh pendidikan setinggi tingginya. Banyak juga akan dijumpai perempuan di kota-kota besar memiliki pekerjaan dan bisa menghidupi secara mandiri dirinya dari keringat yang ia lakukan sendiri.

Selain itu, pemerintah indonesia juga tidak pernah membanding bandingkan laki-laki dan perempuan tentang pendidikan. Menurut pemerintah laki-laki dan perempuan diberi fasilitas dan pelayanan yang sama agar menciptakan rakyat yang memiliki kecerdasan dan sumber daya manusia yang tinggi. 

Kartini juga salah satu tokoh pejuang yang telah menjujung dan memperjuangkan hak perempuan untuk memiliki hak yang sama khususnya dalam pendidikan, kata kata kartini yang sampai saat ini bisa merubah sebagian orang yang masih menganggap bahwa perempuan tidak perlu pendidikan, yaitu "jika anda mendidik seorang laki-laki berati anda mendidik seorang person, tapi jika anda mendidik seorang permpuan berati anda mendidik seluruh anggota keluarganya".

Hal itu memang tidak bisa dipungkiri lagi karena saat dalam keluarga biasanya perempuan lebih bisa dalam mengelola dan mendidik keluargnya agar menjadi seperti yang mereka ajarkan dan inginkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline