Lihat ke Halaman Asli

Amar Nuruddin

Frontend Defeloper

Inovasi Teknologi di Desa Karang Kuten Alat Ukur Bambu Berbasis Arduino dan Alat Serut Irat Bambu

Diperbarui: 16 Juli 2024   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Karang Kuten, Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Desa Karang Kuten memanfaatkan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk kerajinan bambu. Sebagai pusat anyaman bambu yang terkenal dengan nilai estetika dan fungsionalnya, desa ini kini memperkenalkan alat ukur bambu inovatif berbasis Arduino serta alat serut irat bambu untuk mendukung para perajinnya.

Kerajinan bambu merupakan salah satu industri utama di Desa Karang Kuten. Namun, proses manual dalam pengukuran dan penghalusan bambu telah menjadi tantangan utama dalam mencapai efisiensi dan kualitas yang diinginkan. Menjawab kebutuhan ini, sekelompok mahasiswa KKN dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, bekerja sama dengan Bapak Suparman, mitra KKN di Dusun Sukomangu, telah mengembangkan alat yang memanfaatkan teknologi Arduino.

Alat Ukur Bambu Berbasis Arduino

Alat ukur ini dilengkapi dengan sensor ultrasonik yang mampu mengukur jarak dengan presisi tinggi. Data hasil pengukuran ditampilkan secara real-time pada layar LCD, memungkinkan para perajin untuk melakukan pengukuran dengan cepat dan akurat. Dengan penggunaan alat ini, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengukuran berkurang secara signifikan, sehingga produktivitas meningkat.

Alat Serut Irat Bambu

Selain alat ukur, tim KKN juga memperkenalkan alat serut irat bambu yang efektif dalam menghaluskan permukaan bambu. Alat ini dirancang untuk memberikan hasil yang konsisten dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan daya saing produk anyaman bambu di pasar.

Penggunaan teknologi ini membawa dampak positif bagi para perajin bambu di Desa Karang Kuten. Dengan alat ukur berbasis Arduino dan alat serut irat bambu, para perajin dapat meningkatkan presisi dan efisiensi kerja mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas produk, tetapi juga membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa.

Pengembangan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain yang memiliki potensi kerajinan tangan untuk mengadopsi teknologi dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produk. Dengan demikian, inovasi teknologi tidak hanya menjadi milik kota besar, tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pedesaan.

Proyek ini merupakan bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dengan anggota sub-kelompok 2 yaitu Bryan Pragita, Almadea Chintya Anka, dan Amar Nuruddin. Mereka berharap, dengan adanya inovasi ini, produk anyaman bambu dari Desa Karang Kuten dapat semakin dikenal dan bersaing di pasar yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline