Lihat ke Halaman Asli

Amaranggana Ratih Mradipta

history graduates, bachelor of literature

Sepuluh Tahun Temaram Kesultanan Yogyakarta

Diperbarui: 6 Desember 2022   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: instagram.com/kratonjogja)

Kraton Yogyakarta kembali mengadakan pameran temporer akhir tahun. Tajuk pameran kali ini adalah Sumakala, yang berarti masa-masa temaram. Pameran ini menampilkan masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV yang penuh dengan konflik politik dengan koloni Inggris serta Belanda. Pameran ini diadakan di Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta mulai 28 Oktober 2022 hingga 29 Januari 2023 mendatang. 

Adapun koleksi pameran yang ditampilkan adalah visualisasi kejadian yang berlangsung selama pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV dalam bentuk lukisan, yang dihimpun dari berbagai sumber yang bisa ditemukan. Sebab banyak dari buku, serat dan babad yang ada pada masa itu dirampok oleh penjajah.

Koleksi lain dari pameran ini adalah kain dan pakaian, sengkalan lahir dan surud (meninggal) dari Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV, babad dan serat yang menjadi bahan belajar calon Sultan, lukisan, serta kereta kencana miilik Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV. 

Pada pameran ini kita bisa menyaksikan kuatnya pengaruh Inggris terhadap situasi yang ada di Yogyakarta. Demi mengamankan pemerintahan dan wilayahnya, Sultan harus mampu berunding dengan penjajah untuk menghasilkan keputusan yang sebisa mungkin menguntungkan bagi Yogyakarta. Berbagai desakan politik dari Inggris juga turut merenggut perekonomian Yogyakarta, sebab, seluruh kerugian perang Inggris harus ditanggung oleh Kraton Yogyakarta.

Setelah meninggalnya Sri Sultan Hamengkubuwono III, putra mahkota, Gusti Raden Mas Ibnu Jarot, diangkat menjadi raja pada usia 10 tahun. Tentu saja, Sultan muda masih harus didampingi wali, yaitu Ibunya, Ratu Kencana dan Patih Danureja. Disinilah peran permaisuri yang kemudian menjadi Ratu Kencana yang cukup besar dalam pengendalian politik pemerintahan di Kraton Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono IV masih harus didampingi oleh ibu dan wali-walinya sampai pada usia 16 tahun.

Sultan Hamengbuwono pun masih harus menghadapi perpindahan kekuasaan dari Inggris ke Belanda. Tragis, Sultan Hamengkubuwono IV meninggal pada usia 19 tahun ketika sedang mengadakan perjalanan. Ada beberapa versi terkat meninggalnya Sultan Hamengkubuwono IV, satu versi mengatakan beliau mengalami serangan jantung, versi lain mengatakan bahwa beliau diracun oleh penjajah. 

Cerita mengenai 10 tahun masa kegelapan Yogyakarta ini dapat langsung dirasakan di Pameran Sumakala. Pameran ini dibuka dari hari Selasa-Minggu, pukul 09.00 sampai 14.00. Jadilah pengunjung yang bijaksana dengan memperhatikan aturan kunjungan dan tidak menyentuh koleksi, dan memotret beberapa koleksi khusus.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline