Lihat ke Halaman Asli

Amaranggana Ratih Mradipta

history graduates, bachelor of literature

Mengunjungi Kraton Kasepuhan Cirebon

Diperbarui: 19 Oktober 2022   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokumentasi pribadi)

Masih di Cirebon, Jawa Barat, kali ini saya mengunjungi Kraton Kasepuhan. Sebelumnya saya sudah pernah mengunjungi Kraton Kasepuhan dan juga Masjid Merah Panjunan, sekitar 12 tahun yang lalu. Saya ingin membangkitkan kembali ingatan saya mengenai kesultanan Cirebon. Sebagai latar belakang, Kraton Kasepuhan Cirebon merupakan bangunan peninggalan Kesultanan Cirebon yang berdiri sekitar abad ke-15. Kesultanan Cirebon memegang peranan penting utamanya pada jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau, karena letaknya yang berada di pesisir utara pulau Jawa. Menariknya, Cirebon memiliki tidak hanya satu, atau dua, melainkan empat kraton, yaitu Kraton Kasepuhan, Kraton Kanoman, Kraton Kacirebonan dan Kraton Kaprabonan. Kraton Kasepuhan dulunya bernama Dalem Agung Pakungwati, kediaman sultan pertama Cirebon, Pangeran Walangsungsang, putra pertama dari Sri Baduga Prabu Siliwangi. 

Seperti tata letak Kraton Islam di Indonesia, pada bagian depan kraton memiliki alun-alun yang pada zamannya disebut dengan alun-alun Sangkala Buana. Alun-alun ini memiliki fungsi sebagai tempat latihan keprajuritan. Di sebelah barat alun-alun terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan di sebelah timur alun-alun dulunya adalah pasar. Sejujurnya, bagi saya bangunan Kraton Kasepuhan ini mengingatkan saya pada bangunan akulturasi dengan Hindu, yaitu gapura seperti candi. Mayoritas bangunan, seperti Siti Hinggil dan bangunan Mande (seperti pendopo) dibangun dengan menggunakan batu bata merah.  

Namun memasuki area kedua dari Kraton Kasepuhan, melewati Regol Pengada dan gapura lonceng, justru bangunannya berwarna putih dengan keramik-keramik Cina sebagai ornamen mengitari regol, gapura sampai ke bangunan induk kraton. Sebenarnya itulah yang saya cari, ornamen keramik-keramik Cina yang mengitari bangunan kraton, menurut saya hal tersebut sangatlah menarik. Sebelum saya memasuki bangunan utama kraton, saya masuk ke museum kraton terlebih dahulu. Ada banyak peninggalan seperti senjata, topeng, gamelan, perhiasan dan bahkan kursi. 

Lukisan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (sumber: dokumentasi pribadi)

Peninggalan yang paling menarik bagi saya adalah Kereta Singa Barong. Kereta kencana ini biasa digunakan ketika perayaan 1 Muharram dan pelantikan sultan. Kereta ini sudah ada sejak abad ke-15 Masehi, dan dibuat oleh Pangeran Losari. Konon, kereta ini terinspirasi dari mobil-mobil Eropa. Satu lagi peninggalan yang menarik bagi saya adalah lukisan Sri Baduga Prabu Siliwangi, yang konon, ujar tour guide, matanya akan mengikuti kemanapun kita pergi. Ada satu ruangan yang saya sangat ingin kunjungi, namun sayangnya hanya dibuka pada hari-hari tertentu, yaitu ruang pusaka Sunan Gunungjati. Mungkin pada kunjungan saya berikutnya.

Memasuki area utama Kraton Kasepuhan, ada beberapa bangunan di dalamnya, yaitu Taman Dewandaru, Museum Benda Kuno, Tugu Manunggal, Lunjuk dan Srimanganti. Namun sayang, saya berkunjung ke Kraton Kasepuhan di hari Jumat, sehingga saya kurang maksimal untuk melihat-lihat bangunan utama kraton karena keterbatasan waktu. Mungkin di lain kesempatan saya akan mengunjungi keempat kraton yang ada di Cirebon, serta bangunan lain peninggalan Kesultanan Cirebon.

Sampai jumpa di plesiran selanjutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline