Lihat ke Halaman Asli

Mati Suri Prestasi, Aceh Perlu Berbenah

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_116472" align="aligncenter" width="800" caption="Image : arupict.blogspot.com"][/caption]

Seleksi Tilawatil Qur’an Nasional (STQN) XXI di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, memang telah berakhir beberapa hari yang lalu (10 Juni 2011) dan telah meninggalkan cerita sedih bagi kafilah provinsi Aceh. Betapa tidak, rombongan dari daerah pelopor Syariat Islam ini pulang dengan membawa hasil yang sangat mengecewakan. Harapan menduduki peringkat minimal 5 besar ternyata hanya tinggal harapan, gaung Aceh terdengar sangat jauh dibandingkan DKI Jakarta yang berada di peringkat pertama disusul Kalimantan Selatan, Banten, Kepulauan Riau, Jawa tengah, Papua Barat, Jawa Barat, Maluku, Sumatra Utara, serta Bengkulu dan Sulawesi Utara diurutan ke-10. Tidak masuknya Aceh dalam peringkat 10 besar memberikan rasa kecewa yang mendalam bagi penulis pribadi dan terutamanya bagi kafilah Aceh yang dianggap telah memberikan performa terbaiknya.

Sebagai masyarakat awam, saya menilai minimnya prestasi yang diraih oleh contingent Aceh harus dijadikan perhatian dan pelajaran terutama bagi pemerintah provinsi Aceh dalam hal ini biro keistimewaan Aceh dan jajarannya. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) yang berada hampir di setiap kabupaten di provinsi Aceh dianggap kurang memadai dalam memfasilitasi dan memberikan pelatihan intensif (Training Centre / TC) kepada qari’ dan qariah peserta MTQ. Hal tersebut dikarenakan sangat singkatnya masa pelatihan dan cenderung terkesan memburu sehingga tidak efektif.

Anggapan ini muncul mengingat para qari dan qariah berasal dari berbagai daerah yang tersebar di Provinsi Aceh. Sedangkan untuk perlombaan tingkat Nasional, TC biasanya dilaksanakan dua atau  sebulan sebelum perlombaan berlangsung, tentunya setelah melalui serangkaian seleksi ditingkat kabupaten dan provinsi. Nah, dengan TC yang hanya dilaksanakan kurang dari tiga bulan, apakah bekal yang diterima oleh peserta sudah memadai? Apakah ada yang menjamin bahwa para peserta yang tersebar di seluruh penjuru Aceh mengikuti serangkaian pelatihan dan pembelajaran baik di balai pengajian atau di LPTQ daerah mereka masing-masing sebelum mengikuti TC provinsi yang terpusat di Banda Aceh? mengingat pelatihan dan TC itu sendiri juga sangat penting untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan motivasi untuk meraih prestasi.

Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya ingin memaparkan beberapa pendapat yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah Aceh  terkait dengan mati surinya prestasi dalam bidang Tilawatil Qur’an di Provinsi Aceh.

Regenerasi dan Pengkaderan

Kurangnya minat masyarakat terhadap Tilawatil Qur’an menyebabkan tidak adanya regenerasi qari’ dan qariah sehingga peserta yang mengikuti perlombaan cenderung hanya Itu itu saja. Jika ditilik lebih jauh, belakangan ini masyarakat Aceh lebih banyak disibukkan dengan urusan keduniawian ketimbang agama dan baca Al-Qur’an. Kenyataannya, banyak orang tua terlalu fokus pada ilmu eksakta dibandingkan ilmu Al-Qur’an. Anak-anak banyak yang diikutkan les matematika, bahasa inggris, dan science dari pada mengikuti pengajian di pondok seperti TPA / TQA atau balai. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya pengkaderan dan regenerasi yang kompeten di ajang Tilawatil Qur’an sehingga menjadi kurang kompetitif dan bersaing di ajang perlombaan atau festival seperti MTQ.

Menurut saya, masyarakat dan pemerintah sudah seharusnya mengambil tindakan dalam upaya menggairahkan kembali minat generasi muda membaca Al-Qur’an. Hal kecil yang dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan perlombaan MTQ antar sekolah dasar, SMP/MTS dan SMA/ Aliah yang dilaksanakan secara rutin dan terbuka untuk umum. Dengan adanya acara tersebut, maka akan lahirlah bibit-bibit unggul dalam bidang baca Al-qur’an, baik tafsir maupun hafalan. Dalam serangkaian acara Visit Banda Aceh Year 2011 (VBAY 2011), alangkah lebih baiknya jika pemerintah kota Banda Aceh juga dapat membuat serangkaian kegiatan festival MTQ yang dapat disisipkan di sela-sela acara semisal Aceh Fair dan sebagainya. Mudah-mudahan hal tersebut dapat menumbuhkan kembali semangat anak-anak muda untuk ikut menjadi qari' - qariah dan hafidz Al-qur’an.

Pemberian Beasiswa

Bagi qari-qariah terbaik yang tersebar diseluruh provinsi Aceh diharapkan agar dapat diberikan bantuan belajar (beasiswa) sehingga mereka dapat bersekolah / kuliah di Banda Aceh. Dengan demikian pelatihan bagi qari dan qariah tersebut dapat terpusat di Banda Aceh sehingga TC dapat berlangsung kontinu dan terus-menerus. Dengan adanya pelatihan yang kontinu akan membuat persiapan menuju perlombaan tingkat nasional menjadi lebih baik dan fokus. Pemberian beasiswa ini juga dapat menjadi motivasi bagi orang tua dan anak-anak untuk belajar ilmu Al-Qur’an.

Studi Banding

Selayaknya sekolah yang memiliki program studi banding bagi guru dan siswanya, program studi banding bagi qari' dan qariah saya kira perlu dilakukan. Misalnya pada saat TC atau sebelum TC berlangsung baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Studi banding bertujuan sebagai refreshing sambil belajar dimana saat studi banding berlangsung mereka mendapatkan pelatihan tambahan dari pelatih-pelatih di daerah tersebut. Disamping itu, mereka juga dapat mengetahui system pengajaran dari daerah-daerah jawara MTQN untuk kemudian di terapkan di Aceh. Memang membutuhkan perencanaan program yang baik dan dana yang besar untuk menjalankan program ini. Kendala inipun sekiranya dapat ditanggulangi oleh pemerintah jika memang ingin serius untuk berbenah.

Besar sekali harapan saya agar Aceh dapat bersinar kembali dalam ajang perlombaan MTQ dan STQ tingkat nasional. Yang saya paparkan hanyalah sebagian dari harapan dan pemikiran saya agar pembinaan terhadap para qari’ dan qariah dapat lebih ditingkatkan di kemudian hari terlebih menjelang MTQN XXIV tahun 2012 di Ambon mendatang. Ayo... Bangkitlah Aceh Lon Sayang.

Salam dari Nanggroe

Ama Atiby

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline