Lihat ke Halaman Asli

Sang Pengibar

Diperbarui: 8 April 2016   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terkadang apabila mengingat masa lalu ada suatu kejadian yang membuat aku berpikir bahwa saat itu aku  berjuang untuk mengibarkan bendera pusaka di HUT INDONESIA tingkat desa.Masih teringat jelas saat itu aku baru saja kelas 1 smp ,menjadi salah satu anggota paskibra yang ikut serta mengibarkan bendera di lapangan balai desa untuk menyambut ulang tahun RI yang jatuh pada hari kamis,waktu itu tepat pukul 09.00WIB, aku sudah berbaris dengan pasukan lainnya,hari itu aku merasa tampil gagah dengan mengenakan seragam paskibra lengkap dengan atributnya.

Tapi saat itu aku merasa tubuhku tiba tiba lemah,karena panasnya trik matahari yang  sinarnya begitu menyoroti tubuh ku yang berdiri tegak saat itu, hingga akhirnya hidungku mengeluarkan darah, ternyata aku mimisan, semua orang panik melihat ku yang dimana saat itu tanganku sudah di penuhi darah karena menutupi hidungku yang terus mengalirkan darah, tapi disana aku tetap tenang dan aku harus tetap berusaha bagaimana caranya darah yang terus mengalir dari hidungku itu tidak sampai mengotori bajuku dan aku masih bisa ikut mengibarkan bendera, kemudian pelatihku datang dan membantuku membersihkan sarung tanganku yang sudah penuh di lumuri darah, saat itu sempat sang pelatih melarangku untuk mengikut proses pengibaran bendera ,tapi aku tetap bersikeras untuk ikut proses pengibaran karena aku berpikir ”kenapa aku tidak bisa mengibarkan bendera hanya karena mimisan, padahal cobaan ini hanya cobaan yang tidak begitu berat apabila di bandingkan dengan jasa para pahlawan terdahulu yang merelakan nyawanya  berperang  melawan para penjajah untuk mendapatkan kemerdekaan sehingga sampai sekarang bendera merah putih dapat berkibar sampai saat ini ”.

Karena timbulnya pemikiran itu ahirnya aku jadi benar benar semangat untuk ikut pengibaran ,ta lama kemudian sang danton datang menghampiri aku dengan membawa segenggam dedaunan, aku bingung buat apa deduaunan itu ternyata dedaunan itu dia berikan untuk menyumbat hidungku yang terus terusan mengeluarkan darah, awalnya aku tidak mau, tapi danton itu memaksa aku, akhirnya aku pake saja itu daun yang penting aku bisa ikut mengibarkan bendera bersama pasukan lainnya, awalnya di ketawain sama temam-teman soalnya aku tampil di lapangan dengan benda hijau yang menyumbat hidungku, tapi apa boleh buat hanya itu satu satunya cara,agar darah aku tidak terus mengalir  keluar terus menerus. Meskipun begitu aku tetap percaya diri, dan yang pasti bisa ikut mengibarkan bendera sebagai tanda menghargai jasa pahlawan yang sudah berjuang untuk memerdekakan Negara ini.

  Catatan anak SMP, 2007

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline