Childfree menjadi kontroversi di Indonesia karena dianggap bertentangan dengan pemikiran masyarakat Indonesia yang sebagian besar berpendapat bahwa tujuan pernikahan adalah mempunyai anak. Tanaka & Johnson seperti dikutip Miwa dkk mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang digolongkan sebagai negara yang mendukung adanya kelahiran anak dengan tingkat kelahiran sebesar 2.261 dan kehadiran anak adalah hal penting dalam perkawinan menurut 93% masyarakat Indonesia.
Kali ini ada salah satu tokoh public yang menyuarakan pilihannya untuk childfree. Perempuan yang akrab disapa Gitasav ini yang berasal dari Aceh diketahui merupakan seorang Youtuber, penulis buku, sekaligus juga penyanyi. Gitasav sudah beberapa kali menjadi trending topik media sosial karena menyuarakan isu-isu hangat yang berkembang di masyarakat. Gita Savitri kembali ramai menjadi perbincangan publik karena opininya yang dinilai cukup kontroversial yaitu tentang pilihannya untuk childfree.
Gitasav sempat mengatakan di sosial medianya bahwa childfree membuat awet muda dan tujuan ia untuk menikah bukan untuk memiliki anak. Banyak sekali yang bertanya-tanya apa yang membuat Gitasav yakin memilih keputusannya untuk childfree, dan faktor apa yang menyebabkannya? Ada 2 faktor yaitu psikologi dan aspek kepribadian behaviorisme.
Faktor Psikologis
Psikologi memainkan peran penting dalam hampir semua keputusan yang kita buat, mulai dari yang kecil dan sepele hingga yang besar dan life-changing, yang berarti keputusan untuk childfree juga pengaruh psikologis.
Secara psikologis ada ketidakpastian dan ketakutan akan tanggung jawab, beberapa individu mungkin merasa tidak siap atau tidak mampu bertanggung jawab untuk mengasuh anak. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa kecil yang negatif, kekhawatiran tentang stabilitas keuangan, atau keraguan tentang kemampuan mengasuh.
Ketakutan akan perubahan gaya hidup yang diartikan memiliki anak dapat membawa perubahan signifikan pada gaya hidup, seperti pengurangan waktu luang, keterbatasan finansial, dan berkurangnya spontanitas. Ketakutan akan persalinan dan pengasuhan juga berdasarkan jurnal "Childfree by Choice" 72% wanita childfree melaporkan ketakutan akan persalinan dan pengasuhan sebagai faktor utama dalam keputusan mereka.
Ada juga yang ingin fokus pada pengembangan diri dan karir yang ambisius, mereka mungkin memilih childfree untuk menghindari gangguan dan tanggung jawab yang datang dengan memiliki anak. Bagi beberapa individu, childfree merupakan pilihan untuk menikmati kebebasan dan kemandirian yang lebih besar dalam hidup mereka. Mereka mungkin ingin fokus pada hobi, perjalanan, atau mengejar minat pribadi tanpa batasan yang datang dengan memiliki anak.
Dan individu yang memiliki riwayat masalah kesehatan mental atau fisik mungkin memilih childfree untuk menghindari potensi stres dan tekanan yang dapat ditimbulkan oleh pengasuhan anak. Pandangan dan keyakinan pribadi serta ketidakpercayaan pada dunia, beberapa individu mungkin memiliki pandangan negatif terhadap dunia dan masa depan, dan mereka tidak ingin membawa anak ke dunia yang penuh dengan masalah dan ketidakpastian.
Lalu ketidakyakinan tentang peran gender tradisional ada individu yang tidak setuju dengan peran gender tradisional mungkin memilih childfree untuk menghindari ekspektasi dan tekanan sosial untuk memiliki anak dan menjadi orang tua. Dan keyakinan tentang populasi berlebihan, individu mungkin memiliki keyakinan tentang populasi yang berlebihan dan dampaknya terhadap lingkungan, sehingga mereka memilih childfree untuk membatasi populasi manusia.