Lihat ke Halaman Asli

Konstantinus Aman

Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Biaya Kuliah Meninggi, Pesta Sekolah Menyanggupinya

Diperbarui: 7 Mei 2024   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret pesta sekolah di Manggarai (Patrolipost.com)

Tak bisa di pungkiri lagi bahwa biaya pendidikan saat ini terbilang sangat mahal. 

Meskipun dibarengi dengan pelbagai kebijakan pemerintah berupa bantuan seperti Program Indonesia Pintar dan lain sebagainya, namun tetap tak sebanding dengan kenyataan yang terjadi. 

Apalagi subyek yang berskeolah tersebut berlatarbelakang kurang mampu, selalu mengalami kesulitan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi apalagi untuk memilih kampus-kampus yang elit.
Kenyataan ini tentu menguatkan pandangan lama bahwa pendidikan seolah-olah hanyalah milik mereka yang berduit semata.

Bertolak dari latar belakang tersebut, maka masyarakat Manggarai telah melestarikan sebuah kebiasaan yang cukup unik yang dikenal dengan istilah pesta sekolah.

Sebelumnya istilah atau frasa Pesta yang dimaksudkan disini tidak dalam arti pesta penerimaan siswa baru atau pesta perpisahan bagi siswa yang tamat sekolah atau juga pesta syukuran seusai wisuda.

Istilah pesta sekolah yang dimaksudkan disini adalah sebuah produk dan praktek budaya hasil olah nalar dan rekayasa sosial masyarakat Manggarai dalam menengarai dan menanggulangi kesulitan biaya bagi anak-anak yang mau melanjutkan studi ke jenjang yang paling tinggi di luar wilayah Manggarai itu sendiri. 

Seperti melanjutkan studi ke Jawa, Bali atau pulau-pulau lainnya yang memiliki beraneka ragam kampus serta program studinya.

Sebagaimana tujuan utamanya adalah pengumpulan dana dalam rangka menanggulangi kesulitan biaya pendidikan, maka semua warga Manggarai dalam nuansa persatuan, kekeluargaan, kebersamaan dan gotong royong  mendukung dan memotivasi secara penuh impian dari anak-anak yang hendak melanjutkan studi.

Manifestasi dari nilai-nilai dan semangat gotong royong dan kebersamaan tersebut sejatinya tersirat dalam beberapa ungkapan verbal bahasa Manggarai yakni "bantang cama, reje lele dan nai ca Anggit, tuka ca lele, atau kope oles Todo kongkol".

Melalui ungkapan yang penuh makna tersebut khususnya secara sosial dan budaya, maka apa pun yang menjadi kesulitan masyarakat terutama terkait dengan pendidikan selalu mendapatkan jalan keluar atau penyelesaian yang mumpuni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline