Mengulik topik tentang seragam sekolah saya memulainya dengan sebuah ilustrasi, sebuah pengalaman keseharian dari ponakan saya yang kini sudah berada di kelas 2 SD.
Setiap pagi sebelum ke sekolah, ia sibuk mencari seragam sekolahnya. Ia sudah mengenal betul, aturan berpakaian seragam di sekolahnya, seperti hari Senin dan Selasa itu merah putih, rabu dan kamis pramuka dan Jumat Sabtu itu kemeja batik dengan celana biru.
Bahkan ia selalu menangis dan marah-marah dengan mamanya, bahkan seringkali dengan ancaman tidak ke sekolah kalau seragamnya hilang atau kusut dan kotor.
Pernah ia tidak ke sekolah gara-gara celana sekolahnya selalu robek di celah-celah kedua pahanya. Meskipun sudah berulangkali dijahit, namun tetap saja sepulang dari sekolah selalu dalam kondisi terbelah alias robek.
Bahkan beberapa kali terpaksa harus diganti dengan yang baru, tapi tetap saja karena ulahnya yang bandel selalu tak pernah utuh.
Pernah juga ia dihukum oleh pihak sekolah lantaran memakai seragam yang ganjil, seperti kalau hari Senin, bawahannya Pramuka dan atasannya kemeja putih.
Beberapa anak yang terpaksa berhenti sekolah karena keseringan dihukum, akibat ketidaksesuaian seragam yang dikenakannya. Miris
***
Dari ilustrasi tersebut telah mengandung beberapa hal yang mesti dikaji secara mendalam perihal seragam sekolah.
Pertama, penanaman nilai karakter sejak dini. Dengan mengenakan seragam sekolah, secara inheren dapat membentuk dan menumbuhkan jati diri siswa sebagai pribadi yang bertanggung jawab baik terhadap diri maupun terhadap komunitas atau sekolah.
Anak-anak dididik sedemikian rupa untuk patuh dan taat dengan ketentuan yang ditegakkan oleh sekolah.