Lihat ke Halaman Asli

Konstan Aman

Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Jelang Musim Mengetam, Aksi Pawang Hujan di Kampung Kembali Naik Panggung

Diperbarui: 11 April 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pawang Hujan (Kumparan.com)

Bukan orang Indonesia namanya kalau kita sudah 'minggat' dari fenomena-fenomena yang berbau takhayul atau mistis. Nih, salah satunya yang paling fenomenal adalah atraksi pawang hujan.

Mendengar atau membaca istilah Pawang Hujan, tentu memori kita langsung tertuju pada aksi Mba Rara yang pernah mengguncang jagad maya dan juga dunia internasional sekaligus. 

Karena aksinya kala itu dipertontonkan secara langsung oleh masyarakat internasional yang hadir saat race MotoGP di sirkuit Mandalika yang lalu. 

Saat itu, aksinya jauh lebih seru ketimbang kompetisi Quartararo vs Mac Marquez dan para rider lainnya.

Terkait dengan atraksi pawang hujan, sejatinya sudah sangat akrab dalam kebiasaan hidup masyarakat Indonesia. Lebih-lebih yang masih memegang teguh adat-istiadat setempat. 

Sebagaimana halnya dalam konteks kebiasaan masyarakat Manggarai, tradisi pawang hujan sampai dengan era modern sekarang masih tetap eksis untuk dipraksiskan.

Istilah 'Toka Usang'

Istilah Pawang Hujan dalam Bahasa Manggarainya dikenal dengan nama 'toka usang'. 

Toka berarti sebuah aksi menangkal atau menangkis supaya hujan tidak turun atau mengguyur. Dalam hal ini aktornya adalah seseorang yang memang diyakini mempunyai pengalaman khusus dan memiliki jurus jitu dalam hal menangkal hujan.

Ada beragam konteks di mana aksi Toka tersebut mesti dilakukan, yaitu ketika memulai musim tanam dan mengetam di sawah, menyelenggarakan sebuah acara penting dan lain sebagainya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline