Lihat ke Halaman Asli

Konstantinus Aman

Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Mengenal Tradisi "Julu" Daging Menjelang Hari Raya Paskah di Kampung

Diperbarui: 2 April 2024   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Pemotongan Daging 'Julu' Babi Menjelang Hari Raya Paskah di Pacar, Manggarai Barat-NTT (Dokumentasi Pribadi)

Paskah sejatinya adalah perayaan sukacita yang mendalam khususnya bagi umat Nasrani. Kegembiraan paskah bersumber dari peristiwa kebangkitan sang Al-Masih dari alam maut. 

Untuk itulah, merayakan paskah berarti merayakan kemenangan. 

Ada begitu banyak model-model kegembiraan yang dirayakan yang sejatinya turut mewarnai situasi sukacita dari paskah itu sendiri.

Dan salah satu yang paling nampak adalah penyediaan kuliner khusus untuk perjamuan paskah. 

Untuk konteks kami (umat Nasrani) di wilayah Manggarai, Flores-NTT, paskah sangat identik dengan "julu" daging.

Untuk diketahui, "julu" daging merupakan salah satu model pemasaran daging yang bersifat kolektif (kebersamaan). 

Secara etimologis, "julu" merupakan bahasa daerah Manggarai yang kalau di Indonesiakan kira-kira bergotong royong atau komunitas atau juga kebersamaan.

Babi dan kerbau adalah dua jenis hewan yang selalu disiapkan sebagai kurban untuk julu.

Sedangkan untuk takaran nilai rupiah dari daging yang siap diedarkan tersebut biasanya per-ikat dengan porsi yang sama dan seimbang dengan pasokan harga satu ikatnya biasanya Rp. 100.000. 

Besar dan kecilnya nilai rupiah yang didapatkan dari setiap potongan daging yang didapatkan itu tergantung dari kondisi posturnya, yakni bila semakin besar, sehat, dan gumpal ukuran bodinya tentu semakin banyak pula akumulasi rupiah yang akan didapat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline