Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beraneka ragam jenis kuliner yang tersebar di tiap-tiap daerah, dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman jenis kuliner yang dimiliki tersebut sejatinya merupakan simbol kekhasan dan kearifan yang patut disyukuri dan mutlak untuk dilestarikan secara terus-menerus.
Sebagaimana yang hendak saya bagikan kali ini adalah beberapa jenis kuliner lokal yang ada di tempat saya tepatnya di kampung Loha, Manggarai Barat-NTT. Beberapa jenis kuliner yang dimaksud tersebut boleh dikatakan sebagai simbol kearifan hidup dari masyarakat setempat. Karena hampir semua bahan baku yang digunakan selaras dengan kebiasaan atau rutinitas sehari-hari dari warga kampung, seperti berkebun atau berladang.
Sebagaimana konteksnya adalah kampung, tentu memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan kuliner-kuliner mewah di luar sana. Apalagi jenis bahan-bahan dan campuran bumbu yang serba alami dan sederhana membuat cita rasa kampungnya sangat istimewa. Dan tidak menutup kemungkinan untuk disandingkan dengan kuliner-kuliner mewah ala kota.
Sekali lagi, sekalipun sederhana dalam hal pembuatannya namun terasa sultan di lidah dan tentunya juga membuat siapa pun yang mengonsumsinya semakin awet muda dan umur panjang (ehem). Karena memang semua bahannya serba alami tanpa terkontaminasi dengan pengawet apa pun.
Beberapa kuliner kampung yang akan saya ulik berikut ini hanyalah beberapa jenis dari sekian jenis kuliner yang ada dan disuguhkan dari kampung, yakni:
1. Nasi Bobo
Secara harafiah nasi bobo adalah jenis nasi yang dimasak dengan cara dibakar/dipanggang di atas tungku api. Wadah yang digunakan bukanlah periuk atau sejenisnya melainkan diisi dalam tabung bambu.
Bahan-bahannya tentu yang paling pertama adalah beras. Paling maknyus kalau berasnya itu beras putih dicampur dengan beras merah dan ditambah dengan urat-urat daging. Entah itu daging ayam atau babi. Lalu, beras disangrai terlebih dahulu menggunakan kuali. Kemudian sebagai campurannya adalah cukup dengan santan kelapa.
Jika sudah disangrai, selanjutnya disatukan dalam tabung bambu yang sudah disiapkan sebagai wadah untuk siap dibakar. Jangan lupa lubang bambu ditutupi dengan daun pisang hingga rapat. Supaya lebih aman, sebaiknya bambu dibakar dengan posisi berdiri. Dan selalu dibolak-balik supaya panas api bisa masuk secara merata.