Musim hujan kembali menyapa pulau-pulau di daratan Indonesia, khususnya di Flores. Intensitasnya meninggi sejak memasuki Oktober kemarin. Matahari hanya nampak sekitar 7 jam dari pagi, selebihnya alam dihiasi oleh mendung kemudian diikuti oleh hujan deras, angin dan guntur. Beruntung saja perkampungan tempat saya tinggal dan hidup berada di atas dataran tinggi sehingga luput dari bencana banjir layaknya di Jakarta sana.
Puncak Musim hujan kali ini terjadi tepat setelah perhelatan Pilkades tahun 2022 di wilayah kabupaten Manggarai Barat, Flores-NTT. Secara politis hujan kali ini bisa jadi untuk menurunkan suhu politik desa yang panas. Menyejukkan kebencian antara sesama keluarga akibat beda pilihan.
Fakta bahwa, pasca Pilkades kemarin, sampai sekarang masih ada anggota keluarga yang bermusuhan bahkan katanya 'sampai selama-lamanya'. Kan, ngeri dan serem sekali. Kalau begini harapannya semoga hujan kali ini menyirami kembali situasi hidup keluarga di pedesaan yang damai dan asri. Inilah barangkali manfaat hujan secara politis.
Kemudian, musim hujan kali ini juga menyirami dahaga petani desa yang kini sedang merajut asmara sama komoditas taninya secara khusus komoditas Vanili. Saat ini hampir semua petani desa tengah bereuforia dengan komoditas yang satu ini. Selain karena prospek ekonomi yang menjanjikan juga karena perhatian pelbagai pihak kepada nasib petani desa mulai nampak.
Salah satu pihak yang bersimpati sama nasib petani desa adalah Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Sudah hampir dua tahun ini mereka hadir dan bermitra bersama petani lokal terutama di desa Loha, kecamatan Pacar, kabupaten Manggarai Barat-NTT.
Selain dengan pemberian materi dasar juga proses eksekusi di lapangan. Hingga kini, para petani di desa saya (Loha) meninggalkan gaya bertani dengan pola lama (tradisional) dan mulai mengikuti pola bertani modern mengikuti asuhan yayasan ini.
Selain pengolahan lahan baru untuk menanam vanili juga para petani juga ramai dengan proses penyerbukan vanili di kebun masing-masing. Vanili tahun ini memang berbunga banyak tepat ketika musim hujan mulai memuncak di bulan Oktober ini.
Tak ayal, semua petani beramai-ramai mengatur waktu sembari mengikuti ritme waktu alam. Sebagaimana mereka semua berada di kebun Masing-masing dari pagi sekali. Sehingga jelang sore ketika hujan sudah mulai runtuh kembali, proses penyerbukan vanili sudah selesai.
Ketika penyerbukan hari itu selesai, semua mereka saling menghitung jumlah yang sudah 'dikawinkan' kepada sesama lainnya. Setiap hari begitu. Jumlahnya kadang naik dan kadang juga turun. Tergantung kesuburan 'si nyonya hijau' pada hari itu.