Laut merupakan salah satu ekosistem yang dihuni oleh berbagai organisme dengan kemampuan untuk beradaptasi terhadap beberapa faktor abiotik (kadar garam, arus, suhu, tekanan, dan sebagainya). Ekosistem ini memiliki stratifikasi yang cukup kompleks, yaitu secara vertikal (ada tidaknya cahaya) maupun horizontal (terkait tinggi rendahnya kedalaman). Salah satu bagian dari ekosistem ini yaitu bagian laut dalam, yang pada hakikatnya tidak ada cahaya (afotik) dan kedalaman tinggi (abisal-hadal). Meskipun tidak ada cahaya dan banyak tekanan dari berbagai faktor abiotik, nyatanya terdapat banyak organisme yang mampu hidup pada ekosistem laut dalam tersebut. Salah satu organisme laut dalam yang akan dibahas kali ini yaitu ikan naga hitam atau dengan nama latin Malacosteus niger.
Malacosteus niger
Spesies ini merupakan salah satu spesies yang hidup di ekosistem laut dalam dan merupakan top predator atau predator puncak. Spesies yang berasal dari famili Stomiidae ini memiliki rahang yang panjang dengan ukuran yang lebih besar 20% dari ikan laut dalam pada umumnya. Berdasarkan kedalamannya, spesies seringkali ditemukan pada kedalaman >600 m dan spesies mengonsumsi sebagian besar kopepoda (zooplankton). Malacosteus niger tidak mampu bermigrasi secara vertikal, sehingga ia hanya mampu bertahan pada kedalaman tertentu dengan kondisi lingkungan yang cocok dengannya.
Karakteristik morfologi
Berdasarkan morfologinya, M. niger memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
- Rahang panjang dengan celah bukaan mulut yang lebar yang mampu terbuka hingga 120° serta lebar mandibula yang sangat tipis (<1mm). Rahang yang panjang dan longgar (loose jaw) digunakan spesies untuk dapat menangkap mangsa yang sulit ditangkap atau bahkan yang berukuran lebih besar dari ukuran tubuhnya. Rahang yang longgar mengurangi hambatan pada rahangnya sehingga rahang dapat tertutup dengan cepat.
- Gigi besar dan bertaring
- Tidak adanya membran ethmoid atau tidak ada dasar rongga mulut (floor oral cavity), melainkan digantikan oleh adanya otot protactor hyoideus
- Tidak ada insang
- Adanya organ tambahan yaitu fotofor yang mampu memendarkan cahaya (bioluminesensi) untuk komunikasi dan deteksi mangsa
- Adanya symphyseal membrane yang juga memungkinkan rahang menutup dengan cepat saat melakukan pemangsaan (performa rahang cepat)
Mekanisme dan pola makan
Spesies dengan rahang yang longgar ini seringkali memakan mangsa dengan ukuran yang besar dan bahkan tak jarang bahwa mangsa lebih besar dari ukuran tubuhnya. Pemangsaan terhadap spesies berukuran besar mencerminkan ciri famili Stomiidae. Akan tetapi, terdapat sedikit perbedaan pada Malacosteus niger yaitu bahwa spesies ini sering memakan kopepoda besar pula.
Mekanisme makan terhadap mangsa tersebut dibantu dengan beberapa bagian tubuh spesies yang memiliki fungsi tertentu (otot dan membran pada mulutnya, serta fotofor). Mekanisme makan diawali dengan melakukan deteksi terhadap mangsa (target) terlebih dahulu, yang dibantu oleh fotofor. Pendaran cahaya (bioluminesensi) yang dipancarkan oleh spesies akan menunjukkan keberadaan mangsa, maka dengan segera spesies akan bergerak menuju spesies target dan mulai membuka mulutnya pada jarak tertentu. Rahang yang longgar dari M. niger tersebut akan terbuka lebar dan mangsa tanpa disadari telah masuk ke dalam mulut spesies karena tidak adanya dasar mulut sehingga hal ini seperti jebakan bagi mangsa. Kemudian dengan bantuan otot protactor hyoideus dan membran symphyseal (karena tidak adanya dasar mulut), rahang akan menutup secara cepat agar mangsa tidak dapat keluar dari mulutnya.