Lihat ke Halaman Asli

Evi Amanda Yustika

Apa aja bisa

Motivasi dalam Penulisan Karya Sastra di Masa Pandemi

Diperbarui: 7 Juli 2021   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar pribadi

Staf Khusus Presiden RI Bidang Kebudayaan, Sukardi Rinakit, memberi apresiasi terhadap perlombaaan Kreasi Sastra Sastra Saraswati Sewana Pemarisuddha Gering Agung yang digelar oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud. Dalam konteks gering agung atau pandemi ini, karya sastra dapat menjadi pemarisuddha serta menjadi doa. Sastra merupakan doa juga obat penyembuh yang diharapkan dapat membantu bangsa untuk segera pulih dan bangkit dari pandemi Covid-19, Jumat (4/6/2021) Denpasar.

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana, menuturkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan suatu momen penting bagi masyarakat untuk melakukan "mulat sarira" melalui penulisan karya sastra. Dengan demikian, diharapkan momen ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menghasilkan kreasi-kreasi sastra terbaik yang kemudian menjadi catatan sejarah atas peristiwa pandemi Covid-19.

"Acara ini tidak semata fokus pada perlombaan, adu kreasi, namun juga melakukan edukasi kepada peminat sastra Bali untuk berani berkarya dan tidak takut menulis. Selain itu juga ntuk mendorong keberanian menulis sehingga diselenggarakan workshop, baik sastra Bali modern maupun sastra Bali klasik," imbuhnya.

Workshop dengan narasumber yang memiliki latar belakang penulis dan sastrawan Bali, yakni I Ketut Sumarta, IGA Darma Putra, dan Putu Supartika, mampu mendapat respons yang positif dari masyarakat. Sekitar 300 masyarakat yang berpartisipasi pada acara yang digelar virtual itu.

Sumarta memberikan motivasi serta tips kepada peserta untuk tidak takut menulis. Menurutnya, menulis termasuk menulis dalam bahasa Bali terbilang mudah. Bahasa Bali dengan keragamannya merupakan tempat yang sangat baik digunakan untuk menggubah karya sastra. "Dengan kaya akan kosanya, bahasa Bali mempermudah kita dalam berkreasi menciptakan sastra," ucapnya.

IGA Darma Putra lebih menekankan pembahasannya dalam puisi Bali modern pada pentingnya "kruna" atau "kata" pada penulisan puisi. Hendaknya bahasa pada sebuah puisi juga ditulis sesuai dengan ejaan, tata bahasa, maupun logika bahasa itu.

Sementara itu, Putu Supartika memaparkan mengenai teknik dan tips penulisan serta menjelaskan bagaimana membangun ide yang dimulai dari menulis, membangun alur, hingga menutup cerita. "hendaknya peserta melakukan eksplorasi seluasnya pada tema lomba, Pemarisuddha Gering Agung, yakni terkait Covid-19," kata Supartika.

-Amanda ystk-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline