Lihat ke Halaman Asli

Teori Labelling terhadap Pelaku Kenakalan Remaja

Diperbarui: 28 Juni 2023   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, dimana masa peralihan diantara anak-anak menuju usia dewasa. Pada masa ini, para remaja biasanya sedang mencari-cari jati diri maka sangat rentan karena ia akan membuat remaja mengikuti atau terbawa oleh arus pergaulan yang menyebabkan terjadinya kesalahan. Kesalahan inilah yang disebut sebagai kenakalan remaja. 

Kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang norma, aturan, serta hukum yang dilakukan oleh para remaja dalam tindakan kenakalan bisa pula kejahatan. Dari perilaku nakal tersebut mampu menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat sekitar sehingga memunculkan pe-labelan atau 'cap' terhadap remaja yang melakukan tindak kenakalan.

Menurut Edwin M. Lemert, seseorang berbuat hal yang menyimpang karena suatu proses pelabelan atau penggunaan nama julukan, cap, label, dan merek yang diberikan masyarakat kepada individu. Memberikan label kepada seseorang mampu memberikan sebab akibat atau dampak yang besar untuk menimbulkan tindakan penyimpangan. Masyarakat biasanya memperlakukan remaja sesuai dengan stigma yang ada pada mereka. Stigma pada remaja tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh faktor keluarga yang tidak harmonis, pergaulan, maupun faktor lainnya. 

Sama seperti hal nya, seorang remaja di lingkungan sekitar saya, yang dimana ia merupakan anak yang orangtuanya bercerai kemudian diasuh oleh kakek-neneknya. Memang dasar perilaku remaja laki-laki tersebut nakal dilingkungan sebelumnya membawa sikap buruk tersebut pada lingkungan baru. Disekolahkan oleh kakek-nenek tidak membuat remaja tersebut bersikap lebih baik tetapi malah menjadi-jadi. Tamat SD tak melanjutkan lagi, lingkungan pertemanan yang buruk menambah kenakalan. Tawuran, merokok, minum-minuman keras, bahkan pernah tertahan di kantor polisi. 

Dari contoh kasus di atas, perilaku menyimpang tersebut sangat dipengaruhi oleh stigma yang diberikan masyarakat. Seperti halnya anak yang sudah dianggap sebagai anak "nakal" oleh masyarakat, maka akibat dari pelabelan tersebut yang membuat anak akan terus mengembangkan perilaku menyimpangnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline