Permasalahan sampah telah menjadi permasalahan pelik yang dialami masyarakat di semua negara. Setiap tahun hampir dipastikan jumlah sampah akan bertambah karena jumlah penduduk Indonesia yang besar. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup mencatat, secara umum sampah yang dihasilkan sekitar 2,5 liter setiap harinya untuk setiap penduduk atau setara dengan 625 juta liter secara total. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat masih menganggap sampah sebagai sampah yang tidak berguna, sehingga tidak tergolong sumber daya baru dan dapat dimanfaatkan sebagaimana produk aslinya. Selain itu, masyarakat masih mengandalkan pengelolaan sampah dengan pendekatan end of pipe yang dilakukan dengan mengumpulkan sampah, mengangkut, dan membuang ke tempat pengolahan sampah akhir (TPA). Penumpukan sampah yang berlebihan serta metabolisme sampah yang tidak maksimal mengharuskan masyarakat sekitar melakukan insinerasi atau biasa disebut dengan pembakaran sampah yang dianggap sebagai metode alternatif utama dalam pengelolaan sampah karena cara ini merupakan cara yang efisien dan tidak memerlukan biaya yang banyak. Insinerasi merupakan salah satu metode pembakaran sampah atau limbah secara termal pada suhu 850 hingga 1.400 derajat celcius dengan pengurangan volume sampah hingga mencapai 90%.
Keuntungan yang didapatkan melalui insinerasi tidak cukup untuk menutupi bahaya yang ditimbulkannya. Hal ini berpotensi menjadi ancaman dikarenakan dampaknya berhubungan dengan kesehatan manusia dan lingkungan. Pembakaran sampah melepaskan polutan ke udara, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikel lain. Polutan ini dapat menyebabkan masalah pernapasan dan masalah kesehatan lainnya. Udara yang tercemar karena asap pembakaran sampah dapat dihirup oleh manusia dan hewan, disimpan di tanah, serta terpapar ke permukaan air dan tanaman. Setelah pembakaran, ada abu beracun yang tertinggal yang memerlukan penanganan dan pembuangan khusus. Gangguan kesehatan timbul bisa berupa batuk, mata merah atau berair, hidung terbakar, ruam kulit, mual, sakit kepala, hingga serangan asma pada penderita asma. Selain itu, salah satu kekhawatiran terbesar mengenai pembakaran sampah secara terbuka adalah risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan dioksin di udara.
Sampah merupakan sisa limbah manusia dari kegiatan sehari hari atau proses alam yang berbentuk limbah padat yang akan bertambah setiap harinya. Sampah semestinya dikelola dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar. Salah satu pengelolaan sampah yang bermanfaat bisa dengan pembuatan eco enzym. Eco enzym adalah hasil fermentasi limbah organik dapur menjadi bahan yang mempunyai banyak manfaat untuk alam dan manusia. Dikutip dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan provinsi Bali eco enzym kaya akan manfaat meliputi sebagai bahan pembersih kompor, piring, pakaian, lantai, hand sanitizer, pembersih udara / purifier, dan juga pembersih pupuk organik serta pestisida. Dengan demikian, pengelolaan sampah dengan memanfaatkan eco enzym lebih baik daripada harus membakarnya dan menyebabkan berbagai dampak negatif bagi bumi maupun makhluk hidup yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H