Prabowo Subianto beliau merupakan sosok yang tidak asing dalam dunia politik Indonesia. Sebelum terjun ke dunia politik Prabowo Subianto menjalani pendidikan dan karir di dunia militer selama 28 Tahun. Beliau memiliki latar belakang militer yang kuat dengan mengawali karier di TNI angkatan darat, ia pernah menjadi Perwira di Komando Pasukan Khusus (kopassus) TNI AD mencapai pangkat Mayor Jendral dengan berbagai prestasi militer lainnya . Pada tahun 2004 beliau mencoba terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai presiden yang melalui Partai Golkar dengan mengikuti konvensi Capres Golkar.
Pada tahun 2009 pemilu kali ke dua baginya melalui Partai Gerindra yang berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri, pasangan ini kalah suara oleh calon Presiden Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Prabowo Subianto pada tahun 2014 mencalonkan diri yang ke tiga bersama Hatta Rajasa dari Partai PAN (Amanat Nasional), namun peluang keberuntungan belum berpihak padanya. Kegigihan beliau masih berlanjut pada tahun 2019 pemilu kali ke empat bagi beliau. Ia dipasangkan oleh Sandiaga Uno dan ditahun tersebut Prabowo Subianto dilantik menjadi Menteri Pertahanan Yang Ke-26 Republik Indonesia dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019 sampai 2024.
Belum berakhir sampai disana Prabowo Subianto kembali mencoba peruntungan sebagai calon presiden pada pemilihan presiden tahun 2024. Kali ini pencalonan ke lima baginya, beliau kembali mendaftarkan diri ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) bersama dengan wakilnya Gibran Rakabuming Raka yang diusung melalu Partai Golkar. Perjalanan karir politik Prabowo Subianto menunjukkan tekad dan keteguhan dalam menghadapi pemilihan presiden dalam mewujudkan visi dan misinya negara ini. Walaupun Prabowo Subianto sampai saat ini belum mencapai posisi tertinggi di Indonesia namun sejarah mencatat perjalanan politiknya yang menarik. Setiap Pilpres yang di ikutinya beliau selalu mendapatkan dukungan yang signifikan dari sebagian masyarakat Indonesia.
Prabowo Subianto selama menjadi tentara sering dikaitkan dengan isu kudeta dan penculikan aktivis pada tahun 1997-1998. Hal ini memposisikan beliau berada dalam bayangan isu-isu pelanggaran HAM yang mana, isu ini kerap dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya. Isu kudeta dengan tegas beliau membantah dan soal penculikan aktivis Prabowo Subianto sudah menjelaskan panjang lebar kepada para wartawan kala itu. Kasus penculikan 13 orang aktivis diduga atas perintah paksa Prabowo Subianto untuk menghilangkan sejumlah aktivis pada tahun 1998. Isu ini seperti kaset rusak yang diulang-ulang, karena pada tahun 2014 juga muncul saat Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai presiden.
Dari 13 aktivis tersebut beberapa sudah menjadi anggota DPR Partai Gerindra, hal ini merupakan bentuk tanggung jawab Prabowo Subianto. Apa yang terjadi kepada 13 aktivis pendemo bukanlah penculikan tetapi pengamanan terhadap aktivis tersebut. Jika mereka merasa diculik oleh Prabowo Subianto mengapa mereka bergabung dengan Partai Gerindra. Ia selalu dikaitkan oleh rekam jejak HAM di masa lalu, namun beliau siap untuk menjawab segala bentuk pertanyaan publik karena ia tidak akan kemana-mana dan ini memang resikonya. Jika isu-isu ini merupakan pelanggaran HAM lantas mengapa Prabowo Subianto bebas pergi ke negara lain.
Prabowo-Gibran merupakan kolaborasi generasi, melihat usia Prabowo Subianto tidak muda lagi lalu ia di pasangkan dengan Gibran yang merupakan generasi dari golongan milenial. Generasi milenial memberikan istilah gemoy kepada Prabowo Subianto karena menurut kaca mata muda, sosok Prabowo Subianto yang tampil apa adanya sebagai diri sendiri dan tidak sedang berpura-pura. Generasi muda mulai bosan dengan sosok pemimpin yang serba pura-pura. Prabowo Subianto tampil di depan publik dengan sisi yang menggemaskan dimata anak muda, apa lagi dengan joget khasnya beliau yang semakin menunjukkan sisi gemoy nya.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas 29 April -- 10 Mei 2023 yang dilakukan secara tatap muka dengan 1.200 responden. Menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto lebih unggul di kalangan generasi Z (17-26 Tahun). Hasil survei tersebut sebesar 32,7 % Generasi Z memilih Prabowo Subianto. Selain itu elektabilitas Prabowo Subianto di kalangan Generasi Y (27-41 Tahun) sebesar 23,9% , namun hal ini masih rendah dengan hasil responden Generasi Y yang menyatakan "Tidak Tahu" akan memilih siapa.
Alasan generasi muda sebagai pemilih yang cerdas dan rasional senang dan mendukung Prabowo Subianto untuk maju sebagai Presiden Indonesia 2024, karena ia jarang menimbulkan hal kontroversi, pencitraan, maupun gimick-gimick yang tidak penting dihadap publik selama beliau menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Keberadaan Prabowo Subianto yang gemoy dengan kampanye nya yang santuy merupakan bonus, karena fokus utamanya adalah Visi dan Misi Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H