Lihat ke Halaman Asli

Amanda Lorensya putri

Mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta

Retorika & Dialektika

Diperbarui: 16 Oktober 2024   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Ice Bucket Challenge (Sumber : https://pin.it/2d0KMFQz9)

Salah satu kampanye media sosial yang paling kuat adalah kampanye "Ice Bucket Challenge" yang diluncurkan pada tahun 2014. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan dana untuk penelitian tentang amyotrophic lateral sclerosis (ALS), sebuah penyakit yang sangat serius. Dalam analisis ini, kita akan melihat bagaimana pesan-pesan kampanye ini menggunakan unsur pidato dan retorika serta mengevaluasi efektivitas metode-metode tersebut dalam mempengaruhi masyarakat.Elemen Retorika
1. Ethos (Kredibilitas): Ada banyak selebriti dan selebriti seperti Bill Gates, Oprah Winfrey dan Mark Zuckerberg dalam topik ini. Kehadiran mereka memang benar untuk kampanye karena mereka merupakan selebritis yang disegani banyak orang. Dengan berpartisipasi, mereka memvalidasi tujuan kampanye dan mendorong penggemar untuk berpartisipasi.
2. Pathos (emosi): Unsur emosional sangat kuat dalam tema ini. Video-video menantang tersebut mencakup momen-momen lucu di mana orang-orang disiram air es, namun juga menyampaikan pesan betapa dahsyatnya penyakit ALS. Penonton tidak hanya terhibur, namun diajak merasakan sakit dan kesulitan yang dihadapi pasien ALS. Ini menciptakan ikatan emosional yang mendorong orang untuk memberi dan berkontribusi.
3. Logo (Logika): Meskipun sebagian besar konsep ini bersifat emosional, namun memiliki efek logis yang pasti. Sederhana saja: dengan melakukan tantangan ini, Anda tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga membantu penderita ALS. Setiap video memuat informasi tentang berdonasi, menjelaskan bagaimana uang tersebut akan digunakan untuk penelitian, dan alasan berpartisipasi.

Elemen Dialektika
Bahasa verbal dalam proyek ini dapat dilihat dalam bentuk interaksi antar peserta. Kompetitor yang menyelesaikan tantangan mengajak temannya untuk melakukan hal yang sama. Hal ini menciptakan siklus partisipasi yang berkesinambungan. Hal ini menciptakan dialog antara peserta dan penonton, mereka saling mendukung dan mendorong satu sama lain untuk berpartisipasi. Dengan cara ini, topiknya tidak menjadi percakapan tunggal, melainkan percakapan dengan banyak orang.

Mengevaluasi Tujuan
Secara umum teknik yang digunakan dalam "Ice Bucket Challenge" sangat efektif dalam mempengaruhi penonton. Dalam waktu singkat, kampanye tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari $115 juta untuk Asosiasi ALS. Ini menunjukkan bahwa banyak orang tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga bergerak untuk membantu tujuan yang baik.Keberhasilan proyek ini juga tercermin dari skalanya. Video ini dipublikasikan di berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Peristiwa ini menciptakan efek jaringan dimana setiap orang menarik lebih banyak orang untuk bergabung, menciptakan efek riak untuk menyebarkan pesan. Namun, ada kritik terhadap kampanye tersebut. Beberapa orang berpendapat bahwa berfokus pada tantangan dan hobi dapat mengalihkan perhatian dari masalah serius yang dihadapi penderita ALS. Meskipun demikian, banyak yang mengatakan kampanye tersebut berhasil dalam mempromosikan ALS dan pentingnya penelitian mengenai penyakit ini.


Kesimpulan
Dalam analisis ini terlihat bahwa program "Ice Bucket Challenge" memanfaatkan unsur retorika dan kebahasaan dengan baik. Dengan memadukan kredibilitas figur publik, aspek emosional dan pemahaman yang jelas, kampanye ini berhasil menarik perhatian dan mendorong partisipasi masyarakat. Meskipun terdapat penolakan, tidak dapat disangkal bahwa kampanye ini mempunyai dampak positif dalam mempromosikan dan mengumpulkan dana untuk penelitian ALS. Kampanye ini adalah contoh bagus dalam menggunakan media sosial untuk mempengaruhi dan memobilisasi masyarakat demi tujuan yang lebih besar.


Sumber
1. ALS Association. (2014). "The Ice Bucket Challenge: A History".
2. Charities Aid Foundation. (2014). "The Ice Bucket Challenge: How Social Media is Changing Charitable Giving".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline