Saat ini para ahli sedang berupaya untuk menekan lajunya kejadian mata minus. Kenyataan yang ada memang patut menimbulkan rasa khawatir. Pertama, angka penderita mata minus telah meningkat tajam, terutama di negara-negara Asia, hingga dikatakan sebagai epidemi. Pada tahun 2020 diperkirakan terjadi pada satu per tiga penduduk dunia. Jadi dari 3 orang, satu di antaranya adalah penderita mata minus. Kedua, dari kelompok penderita mata minus tersebut, sebagian akan berkembang pada kondisi yang disebut dengan miopia patologis, yaitu suatu kondisi di mana keterbatasan visusnya semakin berat serta mengalami peningkatan risiko untuk mengalami komplikasi seperti katarak (pengeruhan lensa mata), glaukoma (kenaikan tekanan mata) dan lepasnya lapisan retina, yang kesemuanya dapat menimbulkan kebutaan.
Beberapa teori menjelaskan sebab terjadinya mata minus. Salah satu yang paling umum adalah banyaknya aktivitas mata dekat seperti membaca dan menulis. Saat ini aktivitas mata dekat yang paling banyak dituding sebagai penyebab adalah berbagai kegiatan menggunakan gadget seperti komputer dan telepon genggam. Hal ini didukung oleh berbagai studi yang memperlihatkan hubungan mata minus dengan tingkat pendidikan, di mana setiap peningkatan level pendidikan berjalan lurus dengan kenaikan angka kejadian mata minus. Semakin tingginya pendidikan menjadi indikator semakin banyaknya aktivitas mata dekat. Tapi jangan khawatir, bukan berarti mencapai pendidikan tinggi kemudian menjadi sesuatu yang buruk. Yang perlu dilakukan adalah melakukan antisipasi untuk mengimbangi faktor tersebut.
Kabar baik didapatkan melalui studi-studi yang memperlihatkan bagaimana kondisi tersebut dapat ditanggulangi. Ternyata segala aktivitas yang menyenangkan seperti bermain dan olah raga yang dilakukan di luar ruangan mempunyai peran penting mencegah mata minus dan memperlambat pertambahan derajat minus pada mereka yang telah mengalaminya. Bahkan pada mereka yang mempunyai beberapa faktor risiko seperti faktor genetik dari orang tua yang bermata minus maupun memang termasuk dalam kategori orang yang banyak melakukan aktivitas mata dekat, kegiatan di luar ruangan selama 80 menit setiap hari dapat mengurangi risiko hingga 50%. Kemungkinan aktivitas-aktivitas tersebut menciptakan berbagai kondisi yang baik untuk mata, di antaranya kondisi cahaya yang baik, otot mata yang rileks serta diproduksinya hormon yang mendukung kesehatan mata. Studi memperlihatkan, bahkan untuk kegiatan yang persis sama, manfaatnya lebih besar bila dilakukan di luar ruangan. Jadi, pertimbangkanlah untuk lebih banyak melakukan aktivitas positif di luar ruangan. Bagaimanapun mata adalah aset yang sangat berharga, wajib untuk dijaga semaksimal mungkin.
Sumber: akumausehat.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H