Lihat ke Halaman Asli

Amanda Nasution

Freelancer bloger

Film "Kadet 1947" (Review)

Diperbarui: 26 November 2021   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok: film kadet 1947

Assalamu'alaikum, Readers.

Akhirnya, aku bisa membagi penilaian aku tentang sebuah film lagi dong. Penilain dari sudut pandang aku sih. Bisa dijadikan refrensi untuk nonton filmnya atau ga.

Kali ini aku mau me-review film sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, diawal-awal proklamasi. Film Kadet 1947.

Buat aku, film ini menjadi film tentang masa perjuangan Indonesia menghadapi tentara Belanda yang dikemas secara kekinian. Dalam arti kata, patriotisme yang tidak meninggalkan kodrat anak-anak muda yang waktu itu menjadi tokoh sejarah.

Selain itu, film ini tidak menempatkan pahlawan yang sudah terkenal sebagai tokoh sentralnya. Tapi menempatkan 7 orang anak muda yang namanya tidak ada dalam buku sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tapi justru punya peran penting untuk mempertahankan kemerdekaan saat itu, menjadi tokoh sentral. Lengkap dengan identitas mereka sebagai anak muda. Emosi, berapi-api, semangat, nekad, ga ada takutnya, cendrung ceroboh, egocentrist dan semangat belajar yang luar biasa. Dan manisnya, film ini dibumbui kisah romance. Jadi ga cuma perang loh ya.

Mmmmm. Gimana kalo kita kenalan dengan para Kadet di film Kadet 1947 dulu, sebelum aku membahas isi dan cinematography film ini?

Sigit, Mul, Adji, Dul, Har, Kapoet, Tardjo (dok Kadet 1947)

Sigit, Mul, Adji, Dul, Har, Kapoet, Tardjo pemuda berusia dua puluhan tahun yang bercita-cita jadi penerbang, dan sedang masa belajar sebagai Kadet di markas pasukan udara Indonesia di Maguwo.

Punya ambisi, semangat dan cinta tanah air yang luar biasa, namun menterjemahkannya dengan cara masing-masing. Seperti Adji yang ambisius, keras kepala. terus Har dan Mul yang selalu memandang positif dan berusaha mengerti teman-temannya. Dan seterusnya. Namun saat bicara menghadapi Belanda, bahkan Sigit pun lebih memilih membela negara dari pada kekasihnya.

Readers, menuliskan review ini pastinya aku sambil mengingat kembali adegan per adegan film ini, rasanya haru banget. Sekali-kalinya aku nangis mendengar para pemain di film ini menyanyikan lagu Padamu Negeri. Bukan bagus suara mereka, tapi penghayatan mereka sebagai pejuang terasa dalam banget. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline