Assalamu'alaikum, Readers
Dari panggung cat walk di event Modest Fashion Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, (28/10). Yang digelar secara virtual pada pukul 18.30-19.30, ada satu koleksi yang menurut aku cukup mencuri perhatian. Yang pasti dari cuting dan pemilihan ornamen yang bernuansa Kalimantan atau Borneo, khususnya Kalimantan Timur.
Dhyani Prima dengan brandnya, Dhys_dhyani prima kali ini mengusung konsep feminim ethnic romantic pada 6 koleksinya yang terlihat simple namun anggun.
The Legacy of Borneo menurut Dhyani Prima, dalam Modest Fashion ISEF 2020 ini, selain menunjukkan style feminim romantic sebagai DNA Brand, ia juga memadu padankan unsur ethnic dengan siluet yang sederhana dan elegan. "Saya berharap dengan memadukan style feminim romantic dengan classic ethnic yang timeless, cocok untuk wanita muslimah yang mengutamakan keindahan dan kelembutan dalam kesederhanaan", ungkapnya. Perpaduan ini hadir dalam The Legacy of Borneo.
Keunikan motif Dayak yang memiliki unsur tidak hanya keindahan, tapi juga ketangguhan, kemandirian sekaligus kelembutan wanita Dayak menjadi inspirasi pada koleksi The Legacy of Borneo. Dan menjadi kebanggaan tersendiri bisa ikut melestarikan salah satu warisan budaya dalam bentuk busana yang bisa digunakan secara formal dan informal ini.
Untuk ditail dari The Legacy Of Borneo ini: pemilihan warna hitam sebagai dasar, tidak sekedar jadi lebih menonjolkan warna-warna cerah dimotif dayak yang dibordir secara manual, tapi juga memberikan kesan elegan, klasik dan lestari. Dengan menggunakan paduan bahan Satin Bridal, Lace dan tile polka dan pastinya ditail payet dan batu-batuan. Dan kemudian dipadukan dengan masker yang serasi.
Seriusan, Reader. Aku naksir banget sama maskernya. Keren abis.
BTW, Readers
Banyak sekali wadah kita untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal yang menjadi kekayaan bangsa kita. Yang dilakukan Dhyani dengan pasionnya di dunia fashion, dengan menjadikan motif Dayak sebagai inspirasinya di koleksinya untuk gelaran ISEF 2020 merupakan salah satu cara. Nah, kalau Readers sendiri gimana? Kalau ga kita, siapa lagi yang akan melestarikan budaya bangsa Indonesia, jangan sampai ada negara lain yang mengakui dulu, baru kita ribut. Ya ga sih?