Dari judul dan flayer-nya terbayang wahana bermain dengan beberapa karakter ikon yang di bikin hidup untuk menyenangkan pengunjung, seperti Disneyland lah. Tapi, saat menonton filmnya, aku tau ini tidak sama. Terutama dari ceritanya.
Jadi ingat quote yang pernah di sampaikan Agnes Mo, "Bermimpilah, kemudian bangun dan wujudkan mimpimu." Begitu juga dengan film Wonder Park ini. Berawal dari sebuah impian seorang anak bernama Cameron "June" Bailey, yang bersama ibunya, membangun sebuah taman hiburan dalam dunia khayal mereka, dengan tokoh utama yang menghidupkan taman hiburan tersebut adalah 5 buah boneka koleksi June. Tidak cuma bercerita, tapi taman hiburan itu mereka wujudkan dalam bentuk miniatur yang memenuhi ruangan di rumah mereka.
Tanpa sadar, taman hiburan yang mereka ciptakan di dunia khayal dan wujudkan dalam bentuk miniatur ternyata menjadi nyata di tempat lain, dengan Peanut yang mampu menciptakan wahana bermain dengan spidol ajaibnya.
Setiap June atau ibunya membisikan ide membuat suatu wahan ke telinga Peanut yang berbentuk monyet, di kamar June, Peanut yang berada di Wonder Park mendengarkan dan dengan spidol ajaibnya mewujudkannya. Peanut menyebutnya "suara ajaib."
Kesan gembira dan seru di film ini hilang seiring dengan cerita ibu June, yang menjadi 'patner', June berkhayal mengalami sakit dan harus berobat jauh. Keadaan June yang sedih dan ibunya yang sakit membuat terjadinya awan hitam di dunia Wonder Park. Yang membuat Wonder Park hancur, dan Peanut tidak bisa lagi menciptakan permainan-permaian baru.
Cerita film yang harusnya ringan menghibur jadi begitu berat dengan cerita June yang begitu bersedih, dan Wonder Park yang hancur karena kesedihan. Kasihan juga bila anak-anak nonton film ini. Kesan anak-anak yang diwujudkan dalam binatang yang dihidupkan dan film ini adalah film animasi jadi kurang menghibur. Konflik kejiwaan yang terlalu panjang dan berat.
Bukan tidak bagus, tapi kurang ringan untuk ukuran anak-anak. Karena film ini pastinya menyisir penonton-penonton dari kalangan anak-anak. Pesan moralnya masih ada, seperti bagaimana orang tua masuk ke dunia anak agar bisa menyelami kehidupan mereka dan bisa memahami mereka. Kemudian, bagaimana seorang anak mengembalikan keceriaannya dan tidak mudah menyerah.
Produced by
- Josh Appelbaum
- Andr Nemec
- Kendra Halland
Screenplay by
- Josh Appelbaum
- Andr Nemec
Story by
- Robert Gordon
- Josh Appelbaum
- Andr Nemec