Lihat ke Halaman Asli

Amanda Nasution

Freelancer bloger

Siapa Bilang Cukup Halal Saja?

Diperbarui: 5 Maret 2019   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: shutterstock.com

Readers, mendengar atau membaca kata halal di Indonesia bukan lagi hal yang aneh. Terutama di tempat-tempat makan, di kemasan makanan dan minuman. Tapi, ingatkah kita kalau kata halal tidak sekadar tanpa unsur babi dan alkohol? 

Banyak hal yang harus diperhatikan sebelum satu produk bisa disebut halal. Dari mulai pemilihan bahan, pengolahan, sampai saat disajikan atau dikemas. Satu bagian saja terkontaminasi dengan produk tidak halal, maka akan membuat semua produk itu jadi haram.

Dipicu pengetahuan dan keinginan masyarakat, terutama umat Islam, halal saat ini tidak hanya berkutat untuk produk makanan dan minuman saja, tapi juga ke berbagai aspek kehidupan. Dari mulai kosmetik, baju, bahkan sampai ke produk wisata. Sehingga ada yang menyebutkan "wisata halal". 

Pengguna produk hal ini pun tidak lagi hanya umat Islam, tapi juga semua lapisan masyarakat tanpa melihat latar belakang agamanya. Ini membuat para produsen berlomba menciptakan produk-produk dengan logo halal.

Masalahnya sekarang, benarkah produk itu telah halal, sesuai dengan ajaran Islam? Cukupkah halal saja? Bukannya selain halal, juga harus sehat? 

Sesuai ajaran Islam, seperti yang disebutkan pada Al-Maidah: 88, "Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya."

Seperti yang disebutkan di ayat Qur'an di atas, Al Maidah ayat 88, jelaslah bahwa halal saja tidak cukup, tapi juga harus sehat dan baik bagi tubuh. Dua hal yang penting untuk kita perhatikan untuk semua produk yang kita gunakan, yakni halal dan sehat.

Dokumen pribadi

Ibu Anita Amir, pemilik The Atjeh Connection, membagikan pengalaman pribadi saat berwisata kuliner di salah satu mal di Jakarta. Karena tertarik dengan salah satu restoran yang ada tulisan "no pork, no lard", Ibu Anita bersama keluarga masuk ke restoran tersebut. Namun, saat membaca menu terdapat tulisan kecil tertulis "pork and lard". 

"Tulisannya kecil banget, hampir gak terbaca. Saya langsung menanyakan ke pelayannya. Mereka menjawab  dengan senyum-senyum bahwa ada kandungan babi dan minyaknya, tapi sedikit sekali. Dan bisa dipisahkan kalau saya tidak mau," ujar Ibu Anita Amir lagi. Padahal, di restoran itu pelanggannya banyak wanita muslim berjilbab.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Ibu Anita Amir mendaftarkan restorannya, The Atjeh Connection, untuk memperoleh sertifikat halal dari LPPOM MUI. Ia pun mengikuti semua prosedurnya agar pelanggan merasa aman saat makan di The Atjeh Connection, meskipun sebenarnya bahan-bahan yang digunakan pada masakan di The Atjeh Connection sudah halal.

STANDAR HALAL OLEH LPPOM MUI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline