Tiba di Pelabuhan Penyeberang Ferry Merak jam 2 dini hari. Selama dalam perjalanan dari Rangkas Bitung ke Merak dengan KRL terbayang kondisi kebanyakan pelabuhan, terutama pelabuhan penyeberangan feri yang pengelolahannya di lakukan oleh salah satu Badan Umum Milik Negara, PT. Angkutan Sungai, Danau dan Feri (ASDF) Merak. Panas dan kumuh menjadi hal biasa di pelabuhan feri semacam ini.
Ketika mobil memasuki halaman pelabuhan malam itu, seperti dugaan ku. Beginilah yang namanya pelabuhan. Ntah kapan pelabuhan laut di Indonesia bisa menjadi lebih baik, paling tidak menjadi lebih bersih saja.
Dini hari di pelabuhan Merak, angin berbenturan dengan air laut yang membuat gelombang menyentuh keras ke bibir dermaga. Beberapa kapal jenis roro yang lagi bongkar muat terayun-ayun mengikutin irama angin yang membelai air laut. Sementara barisan mobil, truk dan sepeda motor terlihat rapi dan sabar menunggu giliran masuk ke badan kapal, untuk kemudian menyebrang Selat Sunda ke ujung Pulau Sumatera, Bakaheuni.
Tidak ada yang menarik malam itu, cuma deburan ombak yang tak bersahabat dan langit yang berwajah muram. Gerimis menemani langkah aku dan temanku mengitari pelabuhan. Sebuah terminal penumpang yang 90% rampung terlihat lenggang dan senyap. Hanya ada beberapa orang yang terlihat berkumpul dan ngobrol sambil menghirup kopi hitam dari gelas plastik yang masih mengepulkan uap panas.
Menyusuri sisi terminal baru yang saat itu menurut aku tidak menarik, menjauh dari percikan air laut, aku dan temanku sampai di sisi lain pelabuhan. Sebuah deretan toko warna warni yang terlihat sepi tapi bersih. Aku penasaran apa saja yang dijual di toko-toko itu, sayangnya tengah malam begini yang tersisa cuma beberapa toko penjual makanan.
Kembali ke Media Center, hal yang aku baru sadari ternyata ada integrasi antara pelabuhan penyeberangan antara pulau antar profinsi dengan terminal bis yang juga antar pulau antar profinsi dan juga kereta disel yang siap membawa peumpang ke Rangkas Bitung, dan kemudian bisa berganti dengan KRL untuk sampai di Jakarta. Simple.
Matahari menyapa dengan enggannya siang itu, laut pun belum memperlihatkan persahabatannya. Aku dan teman-teman memiliki kesempatan untuk melihat-lihat dari dekat dan dari dalam bagaimana dan apa bedanya pelabuhan Merak dulu dan sekarang. Bahkan kami dapat kesempata ngobrol cantik dengan ibu direktur ASDP dan stafnya yang ramah dan suka senyumnya. Jadilah kita mulai tour ke pelabuhan dan feri eksekutif yang menjadi kebanggan ASDP Merak.
Dimulai dari depan kantor ASDP dianter dengan mobil golf sampai ke lobby utama terminal eksekutif, hal pertama yang aku rasakan adalah, aku lupa kalau aku itu lagi di ruang tunggu sebuah pelabuhan feri. Aku merasa seperti di sebuah mall! Lengkap dengan deretan tenant makanan di lantai bawah setelah pintu masuk yang dibuat seperti food court, bikin mata melirik geje.
Dengan escalator kita menuju lantai dua gedung yang kalau dari luar terlihat seperti kapal yang gede banget ini. Hal pertama yang terlihat di ujung escalator sebuah both foto yang memang di sediakan buat selfi. Sementara di sisi kiri mataku ngelirik tenant kopi. Kopi guys! Kopi! Wow!
"Nanti harus nyobain di situ ya." Ibu Imelda, sang sekretaris menjanjikan yang aku bales anggukan dengan bahagia. oh...kopi.
Lanjut!