Festival Film Indonesia (FFI) pertama kali diselenggarakan pada tahun 1995, untuk dijadikan barometer perkembangan kualitas perilman Indonesia. Dengan berbagai penghargaan yang diberikan dari berbagai kalangan menjadi tolak ukur pencapaian terbaik yang dihasilkan pekerja film selama setahun terakhir.
Komite FFI yang diketuai Lukman Sardi akan menjadi entitas baru yang akan turut memajukan perfilman Indonesia. Tentunya bersama-sama dengan Pusat Pengembangan Perfilman kemendikbud (pembinaan), Badan Ekonomi Kreatif (pengembangan ekosistem), Lembaga Sensor Film (perlindungan masyarakat), Badan perfilman Indonesia (peran serta masyarakat), Lembaga Pendidikan (kajian dan pendidikan) dan lain sebagainya.
"Sebagai entitas yang berfokus dan bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas, keberhasilan Komite FFI hanya dapat dicapai melalui kolaborasi keahlian dan sumber daya dengan entitas dan pemangku kepentingan lain. Dalam penyelenggaraan programa penghargaan Piala Citra, misalnya, kami merangkul mulai dari Pusbang Film, Bekraf, LSF, BPI, asosiasi profesi, komunitas, lembaga pendidikan dan media. Semua program FFI pun akan dibiayai oleh semua unsur pemerintah serta mitra swasta yang mempunyai perhatian dan kepentingan sama," jelas Lukam Sardi.
Tidak hanya menjalankan program tahunan, penghargaan piala Citra, Komite FFI akan menjalankan berbagai program, seperti Kanonisasi film Indonesia, pelatihan tingkat Pakar, kolaborasi komunitas, literasi dan apresiasi publik dan masih banyak lagi.
Pada FFI 2018 ini akan ada beberapa perbaikan pada penyelenggaraannya. Salah satunya, pada kategori film cerita panjang, film yang dinilai suah harus memiliki STLS (Surat Tanda Lulus Sensor) dari Lembaga Sensor Film (LSF).
MENCARI MAHAKARYA: BATASNYA HANYA KUALITAS
Banyaknya kontroversi mucul ketika penilaian kualitas film dan unsur didalamnya tidak memenuhi standar, FFI kali ini mencoba memperbaiki sistem, standar dan objektivitas penjurian. FFI berkewajiban mencari dan mempromosikan film dan kerja artistik terbaik sebagai tolak ukur sebagai acuan produksi dan standar kerja dalam perfilman Indonesia.
PENJURIAN DAN NOMINASI
Untuk penjuriannya sendiri ditetapkan secara tepat film dan kerja artistik. Tiga kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah gagasan, tema, kualitas estetika dan profesionalisme. Dan melibatkan partisipasi aktif asosiasi profesi dan komunitas melalui proses seleksi internal. Diharapakan ke depan terjadi penguatan kelembagaan serta profesionalisme asosiasi profesi dan komunitas.
Penetapan nominasi melalui rekomnedasi asosiasi profesi dan komunitas. Sementara pemilihan pemenang dilakukan oleh perwakilan yang ditunjuk asosiasi profesi dan komunitas, yang ditambah dengan 10 juri independet. Kesemua juri dari asosiasi profesi dan komunitas dianggap memahami secara aik setiap detail dari setiap unsur yang dinali serta mengetahui trend perfilman dunia.
Penjurian yang akan dilakukan oleh asosiasi profesi dan komunitas berlangusung dari 2 hingga 25 Oktober 2018. Sedangkan pengumuman nominasi pada 6 November 2018. Kemudian pemenang Piala Citra FFI 2018 akan diumumkan dalam Malam Anugerah pada Desember 2018. (ahn)