Lihat ke Halaman Asli

Amanda Fauziah

Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Cerpen Pemenang Sayembara Kemendikbud 2016

Diperbarui: 1 Januari 2025   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

repositori.kemdikbud.go.id

Charles Sanders Peirce, seorang filsuf Amerika, dikenal dengan teori semiotiknya yang berfokus pada tanda dan cara tanda berfungsi dalam komunikasi. Teori semiotik Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori utama, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ketiga jenis tanda ini memiliki peran penting dalam bagaimana manusia memberi makna pada sesuatu yang mereka temui, termasuk dalam konteks sastra seperti kumpulan cerpen. Artikel ini menganalisis tanda-tanda tersebut pada beberapa cerpen pemenang sayembara Kemendikbud, menggunakan pendekatan semiotika Peirce. 

Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan objek yang diwakilinya. Dalam sastra, ikon sering hadir melalui deskripsi visual atau metafora yang memberikan gambaran konkret. Indeks menunjukkan hubungan langsung atau kausal dengan objeknya. Tanda ini tidak harus memiliki kemiripan visual, tetapi memiliki keterkaitan yang mengarahkan pembaca untuk memahami makna lebih dalam. Simbol adalah tanda yang maknanya tidak dapat langsung dikenali hanya dengan melihat bentuknya. Simbol memerlukan konvensi sosial atau budaya untuk memahami maknanya. Dalam sastra, simbol sering digunakan untuk memberi lapisan makna lebih dalam.

Analisis Ikon, Indeks, dan Simbol

1. Cerpen "Perjalanan Sebuah Permen Coklat" karya Aprilia Dwi Iriani

Ikon: "Aku hanya bisa berdiam di sudut plastik sambil berdoa semoga keadaan kembali tenang." Kutipan ini mencerminkan kondisi permen yang terkunci dalam plastik. Permen menjadi ikon dari keadaan tidak berdaya, menyerupai situasi nyata benda yang tidak bisa bergerak.

Indeks: "Lalu kami dilempar dan berada paling atas di antara tumpukan sampah-sampah lain." Tumpukan sampah menjadi indeks pembuangan, menunjukkan permen tersebut dianggap tidak berharga lagi.

Simbol: "Aku pun segera bercampur dengan permen-permen lain yang dianggap murahan oleh Riko." Permen murahan melambangkan nilai rendah dalam pandangan materialistis, simbol status sosial yang diabaikan.

2. Cerpen "Cintaku Bintang Basket Sekolah" karya Imelda M. Payungallo

Ikon: "Sesosok pria yang amat ganteng menggunakan seragam rapi putih abu-abu serta rambut jambul seperti penyanyi Duran-Duran." Deskripsi ini adalah ikon karena kemiripan visual antara karakter Adit dan gaya rambut Duran-Duran.

Indeks: "Suatu hari pada saat jam istirahat tiba-tiba Burman datang menghampiri Hesty." Jam istirahat menjadi indeks waktu tertentu yang menunjukkan aktivitas siswa di sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline