Lihat ke Halaman Asli

Atasi Stigma dan Kesehatan Mental pada Caleg yang Kalah dalam Pemilihan

Diperbarui: 27 Mei 2024   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengalami kekalahan dalam suatu pemilihan merupakan suatu persoalan paling menantang bagi para calon legislatif (caleg). Dalam kekalahan ini bukan hanya berimbas pada karier politik mereka, tetapi juga pada kesehatan mental caleg tersebut. Caleg yang mengalami kekalahan kerap kali berhadapan dengan stigma juga tekanan psikologis yang cukup signifikan, hal ini tentunya dapat memicu depresi ataupun stres. Stigma yang berkaitan erat dengan kekalahan dalam politik kerap kali berasal dari khalayak umum yang menganggap bahwa kekalahan tersebut sebagai tanda ketidak berhasilan secara personal. Stigma ini juga semakin diperkuat oleh banyaknya harapan dari pendukung juga tekanan yang memperlihatkan kekuatan dan ketangguhan. Dalam hal ini, sangat penting dilakukan pengembangan strategi yang efektif guna menanggulangi stigma dan juga dampak psikologis pada caleg yang kalah.

Langkah pertama guna menanggulangi dampak psikologis kekalahan dalam pemilihan yaitu dengan menumbuhkan pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental bagi para caleg dan khalayak luas. Adanya edukasi terkait gejala depresi juga pentingnya mendapat bantuan profesional seharusnya dapat dipromosikan secara luas. Untuk mengurangi stigma yang telah berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental diperlukan adanya kampanye politik yang dapat mendorong para caleg dalam mencari bantuan profesional tanpa rasa takut untuk dikucilkan. Oleh sebab itu, akses konseling dan juga terapi harus disediakan oleh partai politik dan juga organisasi pendukung.

Selain itu, dukungan sosial memiliki peran yang sangan penting dalam proses pemulihan. Dukungan secara emosional dapat diberikan kepada caleg yang mengalami kekalahan melalui keluarga, teman ataupun kolega mereka. Dukungan ini juga dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri pada caleg dan membantu mengurangi perasaan isolasi. Karena hal ini, caleg yang menghadapi kekalahan seharusnya didorong agar tidak menarik diri dari kehidupan sosial mereka. Membangun koneksi yang kuat memungkinkan mereka untuk lebih terbuka mengenai berbagi perasaan dan pengalaman yang dimiliki.

Langkah penting lainnya guna menanggulangi dampak psikologis para caleg yaitu dengan menerima kekalahan. Dengan menumbuhkan sifat lapang dada dan penerimaan serta mengubah sudut pandang kekalah sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dapat membantu caleg untuk mengatasi perasaan gagal. Caleg dapat diberitahu guna memfokuskan diri untuk aspek yang lebih positif dari pemilihan dan memilah hal apa saja yang dapat dijadikan pelajaran di masa depan. Hal ini dapat membantu mengubah sudut pandang caleg tentang ketidak berhasilan ataupun kekalahan sehingga mereka tidak terjebak pada perasaan negative yang berkelanjutan.

Selanjutnya, penting bagi para caleg untuk menjaga kebugaran fisik mereka sebagai bagian dari proses pemulihan tenaga. Seperti berolahraga rutin, menjaga pola makan, dan juga istirahat dengan cukup dapat mengurangi gejala depresi dan stres. Diketahui ternyata aktivitas yang melibatkan fisik dapat membentuk endorfin yang merupakan penambah suasana hati secara alami. Para caleg juga membutuhkan dorongan agar terlibat dalam kegiatan relaksasi semacam meditasi ataupun yoga guna menenangkan pikiran.

Pendekatan yang menyeluruh mencakup dukungan psikologis, fisik dan sosial. Hal ini adalah kunci untuk membantu para caleg dalam menghadapi kekalahan. Strategi komunikasi yang baik juga tidak kalah penting dalam mengatasi hal tersebut. Diperlukan adanya latihan komunikasi yang berpengaruh bagi caleg mengenai kekalahan mereka dalam pemilihan kepada publik, dengan meyakinkan bahwa mereka berkomitmen akan tetap berkontribusi walaupun tidak terpilih. Pendekatan ini dilakukan dengan tujuan mengurangi stigma kekalahan dan menumbuhkan rasa percaya diri para caleg.

Pelatihan ketahanan (resilensi) juga dapat menjadi bagian penting dari upaya ini. Caleg perlu belajar mengenai cara mengembangkan kekuatan mental dalam menghadapi tekanan juga kekecewaan. Program pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan dalam menghadapi depresi atau stres dapat membantu caleg menjadi lebih kuat dalam menghadapi tantangan politik. Kekuatan mental ini bukan hanya bermanfaat pada konteks politik, tetapi juga pada kehidupan pribadi dan profesional mereka secara menyeluruh.

Pada sisi yang lain, penting untuk mengevaluasi dan mereformasi budaya politik yang ada. Budaya politik yang terlalu kompetitif dan tidak sehat dapat memperkeruh tekanan psikologis para caleg. Membangun lingkungan politik yang cukup mendukung dan kolaboratif dapat mengurangi tingkat depresi dan stres yang dialami oleh caleg. Terciptanya budaya yang menekankan kerja sama dan dukungan, bukan hanya persaingan merupakan tugas wajib partai politik dan juga lembaga pemilihan.

Terakhir, khalayak umum juga memiliki peran dalam menanggulangi stigma terkait kekalahan dalam pemilihan. Dengan perubahan sudut pandang terhadap kekalahan politik dan memiliki pemahaman mengenai kekalahan yang sebenarnya bagian dari demokrasi yang sehat, masyarakat dapat mengurangi tekanan yang dialami oleh para caleg. Dukungan moral yang diberikan seperti empatik dapat memberikan dorongan yang besar bagi caleg. Khalayak umum sudah seharusnya diajak untuk menghargai upaya dan dedikasi yang sudah diberikan oleh caleg tersebut, terlepas dari apapun hasl yang didapat saat pemilihan. Dengan strategi yang tepat, para caleg dapat mengatasi tekanan psikologis yang mereka hadapi dan menjadi pribadi yang lebih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline