Nama : Amanda Desriva Onassis
Nim : 2019041008
Dosen : Dr. Geofakta Razali, M. I. Kom
Mata Kuliah dan Kampus : Manajemen Krisis UPJ
Krisis merupakan tahapan yang sangat ingin dihindari oleh seluruh organisasi atau perusahaan. Krisis sendiri adalah sebuah ancaman yang dapat terjadi bagi setiap organisasi atau perusahaan.
Di mana dampak adanya krisis tersebut berpengaruh terhadap reputasi dan hilangnya kepercayaan perusahaan di mata publik. Tidak jarang adanya krisis juga dapat berpengaruh terhadap kebangkrutan.
Menurut Otto Lerbinger dalam (Sari, 2017: 32), terdapat lima bentuk - bentuk krisis yang terjadi di perusahaan berdasarkan perbedaan penyebabnya, yaitu diantaranya adalah krisis teknologis (technological crisis), krisis konfrontasi (confrontation crisis), krisis tindak kejahatan (crisis of malevolence), krisis kegagalan manajemen (crisis of management failure) dan krisis ancaman-ancaman lain (crisis involving other threats to the organization).
Saat krisis terjadi, tidak hanya reputasi yang dapat terancam. Krisis juga sangat berpotensi besar untuk menimbulkan konflik. Maka dari itu krisis tersendiri merupakan hal yang inevitable (tidak dapat dihindari), karena krisis memiliki karakter yang bersifat ‘tidak diharapkan,’ tidak dapat diprediksi’ dan ‘dapat terjadi setiap saat.’
Terdapat beberapa faktor pula yang menyebabkan terjadinya krisis pada perusahaan, faktor tersebut berupa faktor kegagalan teknis ekonomis dalam organisasi, kemudian faktor teknis-ekonomis yang terjadi di luar perusahaan, lalu faktor sosial/manusia dan manajemen yang berasal dari lingkup internal perusahaan, serta faktor sosial yang terjadi di luar lingkungan organisasi dan berasal dari adanya orang atau kelompok yang memiliki reaksi negatif terhadap perusahaan.
Membahas mengenai isu krisis pada sebuah perusahaan, baru - baru ini pemerintahan Indonesia juga menjadi sorotan karena di nilai tengah diterpa isu krisis. Dimana isu tersebut terjadi karena adanya aktivitas pembobolan data yang dilakukan oleh seorang hacker terhadap data - data masyarakat Indonesia.
Hacker tersebut bernama Bjorka dimana dirinya mengklaim bahwa melakukan peretasan terhadap data SIM Card dari 1,3 miliar data registrasi SIM card prabayar Indonesia. Tidak hanya itu dirinya kemudian mengaku telah melakukan proses transaksi penjualan data rakyat Indonesia sebanyak 105 juta data yang diperoleh melalui Komisi Pemilihan Umum.