Lihat ke Halaman Asli

Amanda Sifa Aulia

Mahasiswa Universitas Pamulang

Kritik Sastra Mimetik pada Cerpen Aku, Dia dan Mereka Karya Putu Ayub

Diperbarui: 1 Juli 2024   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi buku, sumber:https:;//pixabay.com

Kritik sastra mimetik adalah kritik yang berfokus pada kemiripan antara karya sastra dengan dunia nyata. Pendekatan ini menekankan pentingnya karya sastra untuk mencerminkan realitas dan menggambarkan kehidupan manusia secara akurat.

Hubungan Pertemanan dalam Kumpulan Cerpen Aku, Dia dan Mereka karya Putu Ayub dkk yang berjudul "Ketika Aku dan Kamu Menjadi Kita"
Hubungan Pertemanan dalam Cerpen yang berjudul Ketika Aku dan Kamu Menjadi Kita mengandung konflik dalam sebuah pertemanan, dimana seorang Anak yang bernama Kilaa sering diejek dan tidak dihargai oleh teman sekelasnya. Konflik ini diawali oleh Anak yang bernama Joko, Lita, dan Bani yang tidak menghargai atau menghormati sebuah perbedaan Agama dan Mengejek karena Kilaa sulit untuk bergaul dalam Lingkungan sekolahnya.
"Iya Bu ada, tapi saya jera dengan ledekan-ledekan seperti itu. Ada beberapa yang membuat saya jadi malas. Pertama, ada Joko yang suka menganggap dirinya paling benar Bu, dia kayanya benci Bu sama saya. Setiap saya ajak bicara dia selalu tertawa dan tidak menganggap saya. Kedua, Lita dia terkadang baik sekali tapi dia tiba-tiba berubah judes kalau sudah bergabung dengan teman-temannya. Yang terakhir ada Bani yang suka menyontek sama saya Bu. Tapi dia tidak pernah bilang terima kasih sama saya Bu,"

Dalam kutipan cerpen tersebut menjelaskan bahwa tokoh Kilaa yang merasa tidak dihargai dan diejek oleh perilaku teman-temannya. Kilaa merasa bahwa Joko merasa dirinya paling benar, dan setiap kali diajak bicara oleh Kilaa, Joko tidak menghargainya dan tertawa-tawa tidak jelas. Jika Lita bersikap manis namun bisa berubah menjadi judes ketika bersama teman-temannya, dan Bani sering menyontek tanpa pernah mengucapkan terima kasih. Semua ini membuat orang yang mengucapkannya merasa malas dan tidak nyaman dalam interaksi dengan teman-temannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline